Minimarket ini diinisiasi oleh alumni 212 yang tergabung dalam Koperasi Syariah 212. Gerai ritel ini mengusung konsep syariah, salah satu tujuannya untuk menggerakkan ekonomi yang dibangun secara islami.
Gerai 212 Mart pun terus tumbuh seiring waktu. Produk-produk yang dijual disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Ketersediaan produk tak jauh berbeda dengan gerai ritel modern lain. Isinya cukup lengkap terdiri dari berbagai macam kebutuhan sehari-hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagaimana asal usul 212 Mart?
Jadi asal usul 212 Mart sebenarnya keinginan anggota untuk kembangkan bisnis di sektor riil. Kemudian yang muncul ide membuat jaringan ritel toko yang dimiliki bersama-sama anggota Koperasi Syariah 212. Makanya sekitar Mei 2017 itu pertama kali gerai di-launching di Bogor setelah 4 bulan Koperasi Syariah 212 berdiri.
Kenapa Pilih Nama 212 Mart?
Berdasarkan kesepakatan ya, kan nama koperasi kita 212 jadi wajar namanya 212 Mart. Tidak ada tendensi politik ya, kan bicara masalah bisnis. Tapi brand 212 Mart lah yang memang jadi dasar munculnya komunitas.
Tercetus dari aksi damai 212?
Iya, itu kan inisiasi awalnya dari teman-teman yang ikut aksi 212, tapi kemudian kalau itu kan masuknya ranah politik ya. Tapi kemudian teman-teman merasa gimana nih kalau kita salurkan juga energi kita untuk pengembangan ekonomi. Makanya kemudian mereka berkumpul, jadi lah Koperasi Syariah 212 yang diresmikan 20 Januari 2017. Jadi usia baru 1 tahun. Tapi walaupun inisiasi awalnya adalah dari para alumni 212, ya tapi yang bisa jadi anggotanya ini bisa siapa saja. Banyak juga anggota kita yang nggak ikut aksi damai 212. Banyak mereka tertarik kembangkan bisnis dengan sistem yang seusai dengan prinsip syariah. Jadi kita memang menjadi koperasi yang syariah.
Sudah ada berapa gerai dan tersebar di mana saja?
Sampai hari ini sudah 104 gerai. Jabodetabek memang paling besar juga termasuk di luar Jabodetabek seperti di Solo, Palembang, ada Bangka Belitung, di Medan. Beberapa tempat. Tapi memang dari jumlah, mayoritas di Jabodetabek. Tapi daerah lain sudah mulai bermunculan. Artinya dalam waktu 9 bulan kita sudah bisa buka sampai 100 gerai lebih.
Target tahun ini tambah berapa gerai?
Kita sembilan bulan sudah 100 gerai. Akhir 2018 target kita 200-250, total gerai. Target yang menurut saya realistis adalah 200 gerai tahun ini. Kan sekarang sudah 104. Artinya tinggal 100 lagi lah paling nggak sampai akhir tahun.
Tantangan tambah gerai?
Dua tantangannya. Pertama tentu permodalan. Kedua dari sisi pengembangan komunitas, karena syarat kita penambahan gerai harus disertai komunitas. Salah satu challenge di situ. Tapi saya optimis. Kalau saya kira permodalan standar lah, bisa dicarikan solusi. Yang paling berat menambah komunitas ini.
Itu yang jadi salah satu challenge kalau mau buka gerai 212 Mart. Terakhir adalah slot di beberapa kabupaten kota ada pembatasan ritel modern. Slot ritel sudah banyak diisi saudara kita yang sebelah, nggak usah sebut merek ya. jadi kadang di berapa wilayah kabupaten kota jatah untuk pendirian berkurang, tinggal sedikit.
Bisa buka franchise, caranya?
Pertama tidak bisa pribadi ya, tidak bisa 1-2 orang, tapi basisnya harus komunitas ya. Kemudian kedua harus jadi anggota kita dulu, jadi anggota koperasi dulu mendaftar secara online. Kemudian ajukan proposalnya karena kita ada beberapa tipe dari 212 Mart tergantung size atau ukurannya. Saya kira di mana-mana ada tipe-tipenya. Nanti ada harga-harganya. Nanti kita sepakati saja mau tipe yang mana.
Minimal anggota untuk bisa buka franchise?
Berikutnya karena kita aspek kebersamaan, keberjemaahan menjadi penting. Kemudian setiap pendirian gerai 212 Mart ini, itu harus diinisiasi dan dikelola oleh komunitas Koperasi Syariah 212 yang didirikan minimal 100 orang anggota. Tiap orang anggotanya minimal 100.
Tujuannya supaya minimal yang 100 orang ini nanti investor dan pengelolanya, diambil berdasarkan anggota komunitas ini. Tujuannya berjamaah dalam berbisnis. Nanti mereka jadi investor sekaligus jadi konsumennya.
Artinya semua kebutuhan mereka paling tidak gerai 212 Mart memiliki captive market (konsumen tetap) yang jelas tentu di samping masyarakat yang lain juga kita ajak untuk belanja di 212 Mart. Jadi itu yang kita kembangkan. 212 Mart itu kita kembangkan secara berjamaah.
Minimal butuh modal berapa?
Ya Rp 300 juta juga bisa. Itu yang standar.
Buka franchise dijamin untung?
Namanya bisnis kan bisa untung bisa rugi ya. Nggak ada yang bisa jamin bisa untung terus. Kita hanya berusaha semaksimal mungkin supaya untung. Dari praktik yang sudah ada sih so far positif ya. Sejauh ini positif. Artinya omzet itu meningkat terus dari waktu ke waktu. Setiap bulan dengan peningkatan 20-30%.
Jadi artinya itu kan menunjukkan gairah atau semangat untuk bisnis ya. Jadi yang penting kita bisa jaga itu saja, loyalitas dan komitmen untuk istilahnya memakmurkan toko kita. Selama ini kan orang tahunya makmurkan Masjid. Nah sekarang kita tambahkan juga memakmurkan toko kita.
Di tengah banyaknya ritel yang berguguran, 212 Mart tetap pede?
Berikutnya kenapa kita basis komunitas, karena di berbagai negara bisnis ritel kan alami penurunan ya dari sisi omzet bahkan beberapa jaringan ritel kan sampai tutup ya beralih ke online. Salah satu yang kita analisis karena mereka tidak punya loyal customer.
Nah itu yang kita bangun antara lain lewat komunitas-komunitas sehingga ekonomi bisa berjalan dan jaringan ritel kita bisa juga tumbuh terus dan berkembang. Kita tetap confident lah, percaya diri bisa bertahan karena konsep kita basis komunitas.
Artinya kita melakukan pembinaan lah dengan basis komunitas supaya kita punya captive market yang memang bisa menjamin perputaran barang dan uang ada di gerai tersebut. Kan intinya kalau jualan ada yang beli. Nah minimal ada pembeli minimal lah para anggota.
Selain anggota, pembelinya siapa saja?
Kalau bisa para anggota ini bisa menjadi semacam sales untuk kemudian menawarkan kepada tetangga-tetangganya, sehingga dengan hubungan ketetanggaan, hubungan keakraban yang muncul juga, ini kan bisa menarik masyarakat selain anggota komunitas 212 ini untuk kemudian-menjadi pembeli, customer di wilayah wilayah kita.
Strategi jaring konsumen masyarakat umum?
Layaknya toko ritel yang lain tentu servis menjadi kunci utama. Jadi pelayanannya kemudian SOP pelayanan gimana, senyumnya gimana, kerapian pegawai, bagaimana kenyamanan ruang berbelanja. Itu kan hal-hal yang jadi salah satu daya tarik dan nilai jual toko ritel termasuk juga ketersediaan barang.
Jadi kontinuitas suplai juga harus diperhatikan betul jangan sampai kemudian masyarakat kecewa mau beli kok nggak ada. Kalau sekali oke. Tapi kalau 4 kali datang nggak ada juga kan itu artinya boleh jadi kehilangan customer. Nah ini kita jaga juga sehingga masyarakat merasakan bahwa pelayanan kita profesional, baik bahwa daya saing produk yang kita jual juga cukup baik. Memang tidak mudah, ada proses, tapi ini terus kita lakukan.
Apa bedanya 212 Mart dengan gerai ritel modern lain?
Bedanya produknya halal jadi nggak mungkin akan menemukan minuman keras atau rokok misalnya. Karena rokok kan difatwakan haram oleh MUI. Jadi kita ikut apa kata MUI. Jadi nggak akan bisa ketemu-ketemu produk begitu di 212 Mart. Itu sudah komitmen bagian dari SOP kita, bagian dari kesepakatan internal.
Jadi yang kita jual produk halal. Kemudian kedua adalah value proposition yang lain itu adalah pada waktu salat kita ada break salat. Jadi pas lagi Magrib break dulu 15-20 menit untuk salat, sehingga pada saat break salat itu tidak ada transaksi dilakukan. Jadi kita inilah ingin coba lebih dekat dengan aspek syariah.
Kemudian yang berikutnya juga kalau dari sisi layanan tentu itu bersaing ya kan relatif tidak terlalu jauh beda harganya. Tapi yang ketiga komitmen kita itu adalah pada UKM. Kita memberi ruang kesempatan kepada usaha milik masyarakat milik UKM. Contoh ada di Bogor itu ada yang produksi roti pada skala home industry.
Nah roti itu kita kasih tempat di gerai-gerai di kita. Tentu seusai dengan kapasitas kemampuannya, sanggup nggak dia mensuplai. Berapa yang dia bisa.
Perbedaan harga dengan ritel lain?
Ya memang kalau dari sisi harga di kita ada yang kita jual mungkin di atas tapi ada juga yang sama atau di bawah. Memang harga ini sangat relatif dan memang sangat ditentukan dari sisi efisiensi atau tidaknya. Modalnya gerai kita di Jabodetabek cukup banyak ya. Itu jadi sehingga kalau dari sisi pricing mensuplai ke gerai yang dekat-dekat ya itu relatif lebih efisien dalam jumlah banyak. Masalahnya kan kita distribution center yang kita kerjasama ini juga masih terbatas kapasitas dan kemampuannya.
Itu yang kadang-kadang membuat di variasi harga jadi sesuatu yang kita lihat. Tapi sekali lagi yang kita lihat dengan value proposition kemudian ini orientasinya adalah pada pengembangan ekonomi masyarakat kemudian juga terhadap keberpihakan pada UKM ya. Nah sehingga kita mencoba membangun basis customer yang loyal yang mereka masih bisa menerima perbedaan harga walaupun sedikit misalnya.
Kadang ada orang yang beda Rp 1.000 saja pindah ya. Tapi ini istilahnya beda Rp 1.000 tetap stay dan membeli di kita. Tapi terus kita berusaha untuk bersaing sehingga paling tidak secara umum level harganya sama. Itu terus kita perkuat terutama dari sisi jaringan distribusinya. Itu yang sekarang lagi kita perkuat adalah distribution center makanya Koperasi 212 strategi kita akan investasi pengembangan distribution center ini.
Syarat bagi UKM masuk 212 Mart?
Syaratnya harus produk yang halal yang toyib, yang memang dibutuhkan masyarakat, yang pasti tidak ada produk-produk yang tidak seusai syariah. Itu saja sih syaratnya. Tidak rumit sekali.
Kena biaya?
Tentu namanya bisnis kan ada hitung-hitungannya ya. Hitungannya itu tentu ada beli putus, kemudian ada sharing. Jadi nanti itu tergantung pada skema yang disepakati dengan pihak suppliernya. Jadi produsennya itu kalau misalnya dia sanggup suplai 10 gerai, nah 10 gerai ini dilihat kapasitas produksinya berarti kan belum terlalu besar.
Jadi nanti seperti apa sistem yang dia inginkan. Misalnya dia pengin beli putus. Kalau beli putus tentu kita lihat juga kondisinya di gerai-gerai yang misalnya secara cash flow memungkinkan untuk melakukan beli putus tadi. Jadi itu secara teknisnya tergantung kesepakatan antara pengelola 212 Mart dengan suplai yang dimaksud gitu. Jadi itu komitmen. Dan itu ditaruhnya bukan dipojok-pojokannya.
Itu artinya ditaruhnya sama dengan produk-produk yang sudah mapan. Enggak nyempil-nyempil. Jadi itu memang komitmen kita. Artinya kadang kan kita lihat kalau produk UKM di ujung, nyelip, kadang orang kalau nggak diujung nggak ngelihat, nggak beli. Itu nggak seperti itu. Jadi kita taruh di tempat strategis. Jadi begitu orang masuk, orang juga tahu.
Tapi sekali lagi itu tergantung kepada tiap-tiap gerai, itu komunitas diberi keleluasaan untuk juga mengidentifikasi kemudian berkerja sama dengan UKM-UKM d sekitar mereka. Yang penting quality control-nya saja.
Sudah banyak UKM terlibat?
Kalau banyak sedikit kan relatif ya. Artinya sudah lebih dari 10 produk lah yang sudah ada. (zlf/zlf)