Dengan modal US$ 3.000, Andri akhirnya membuka usaha sendiri menjadi agen perjalanan. Jalan tersebut akhirnya dia pilih setelah sebelumnya mendapat pengalaman bergabung bersama biro travel setempat.
Ia mulai mengenal banyak orang dan melihat celah bisnis yang lebih luas. Andri mengubah pekerjaan yang dulunya berbasis keterampilan dan jasa, lalu beralih kepada keahlian, pelayanan, jaringan, dan lobi-lobi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bagi saya, semua tamu VVIP. Service sama. Ke mana saja ayo. Dan yang pasti, rahasia dijamin," kata Andri saat ditemui detikFinance di kawasan Brooklyn, AS, pekan lalu.
Rahasia yang ia maksud adalah lokasi tujuan, nama-nama rombongan dan apa-apa saja yang terjadi dalam perjalanan itu. Sebab, tidak bisa dipungkiri, lokasi maupun apapun yang terjadi dapat menjadi isu sensitif atau dapat merusak reputasi tamu di tanah air.
Misalnya adalah saat dia mengantar seorang Annisa Hasibuan, bos First Travel yang sempat berkeliling New York, beberapa waktu lalu sebelum akhirnya kasus penipuan First Travel terkuak oleh publik.
"Saya yang nganter Annisa Hasibuan (bos First Travel yang sedang diadili di PN Depok) keliling New York. Andika (suami Annisa) juga saya. Setelah kasusnya meledak, saya ditelpon wartawan-wartawan Indonesia ingin tahu lokasi, gaya hidup dan tempat-tempat yang disinggahi. Saya bilang, maaf saya nggak bisa menjawab. Itu rahasia klien. Tidak bagus buat bisnis (kalau dibuka)," kata Andri.
Dengan menjaga prinsip kepercayaan tersebut, ia semakin berkibar dan yakin mampu menundukan New York. Tentu, tanpa harus lupa kacang akan kulitnya, mengenang masa-masa sulit satu dekade silam.
"You are not going to appreciate your success if you never started from below. (Anda tidak akan menghargai kesuksesan jika Anda tidak pernah memulainya dari bawah)," kata Andri.