Sido Muncul sendiri awalnya didirikan oleh Ny Rakhmat Sulistyo, seorang ibu yang mahir meracik tanaman herbal menjadi jamu. Dia resmi memulai usahanya di Yogyakarta pada 1941 ketika berhasil membuat ramuan Jamu Tujuh Angin yang kini dikenal sebagai Tolak Angin.
Lalu pada 1949 Rakhmat Sulistyo mengungsi ke Semarang lantaran adanya perang di Yogyakarta. Saat itu dia turut membawa salah satu cucunya yang kini memimpin Sido Mncul, Irwan Hidayat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Dia Selamatkan Sido Muncul dari Kebangkrutan |
Kemudian pada 1951, sang Nenek mulai serius memproduksi jamu di Semarang dengan mendirikan pabik dan menetapkan merek dagang Sido Muncul. Saat itu juga Jamu Tujuh Angin berubah nama menjadi Tolak Angin.
Ny Rakhmat juga saat itu memilih memajang fotonya berasama Irwan saat masih kecil sebagai logo produknya. Bukannya narsis, tapi kala itu memang sedang ngetrend produk jamu memasang foto pribadi.
Irwan dipiih lantaran paling dekat dengan sang nenek. Ny Rakhmat sendiri memiliki 46 cucu dari 9 anaknya.
Lalu pada 1953, orangtua Irwan menyusulnya pindah ke Semarang. Saat itu kedua orangtuanya memutuskan untuk ikut berinvestasi di Sido Muncul dengan membeli 50% sahamnya. Barulah pada 1970, ketika Ny Rakhmat sudah berusia 73 tahun diputuskan untuk memberikan Sido Muncul seutuhnya kepada orangtua Irwan.
Namun tongkat estafet bisnis yang diterimanya saat itu dalam keadaan buruk. Irwan saat itu juga sudah ikut membantu dalam manajemen perusahaan.
"Sido Muncul masih kecil sekali enggak ada apa-apanya. Bahkan ketika itu utangnya banyak, kita nggak bisa bayar utang hampir disita semuanya. Cuma ada pabrik berukuran 700 meter termasuk untuk tempat tinggal kecil. Utangnya saat itu Rp 46 juta," kenangnya.
Besarnya utang saat itu lantaran perusahaan terlalu aktif melakukan ekspansi. Sementara penjualan jamu saat itu hanya Rp 800 ribu per bulan.
Perusahaan mulai terselamatkan ketika Irwan menciptakan jamu kewanitaan yang bernama Pil Amor. Jamu racikannya itu dia iklankan di 2 radio kenamaan di Jakarta kala itu.
"Akhirnya sukses, omzetnya dalam waktu 2 bulan jadi Rp 12 juta, jadi dalam waktu 6 sampai 7 bulan utang Rp 46 jutanya lunas," tuturnya.
Selain itu, Irwan juga mendapatkan pengalaman berharga dari seseorang yang enggan meminum Jamu Sido Muncul. Alasannya simpel, orang itu bilang bahwa Jamu Sido Muncul tidak enak.
Kata-kata itu pun terus terbayang di pikiran Irwan. Akhirnya dia memeriksa jamu-jamu Sido Muncul. Dia mengakui saat itu jamunya yang masih berbentuk bubuk testurnya masih kasar.
"Sejak hari itu saya sadar bahwa produk itu harus baik. Kalau produknya tidak baik percuma walaupun kita mau beriklan mau apa saja percuma. Pokoknya produknya harus baik," katanya.
Sejak saat itu, Irwan selalu memegang teguh kualitas produk dan terus berinovasi. Sido Muncul pun semakin besar ketika jamu andalannya Tolak Angin diproduksi dalam bentuk cair pada 1994.
Pada tahun itu pula Irwan resmi sepenuhnya mengemban tugas untuk mengembangkan Sido Muncul bersama dengan adik-adiknya. Sebab sang ayah saat itu sudah meninggal dunia.
Di tangan Irwan, Sido Muncul pun semakin berkembang, bahkan saat ini omzetnya mencapai triliunan Rupiah. Dia juga berhasil membawa Sido Muncul melantai di pasar modal pada 18 Desember 2013 dan bersanding dengan perusahaan lainnya. (zul/zul)