Duta Besar Denmark untuk Indonesia, Rasmus Abildgaard Kristensen mengatakan, butuh waktu yang tak lama supaya Denmark keluar dari ketergantungan pasokan batu bara.
Dia menjelaskan, tahun 1995 Denmark masih tergantung dengan batu bara. Bahkan, listrik dari baru bara mencapai 95%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, perubahan terjadi mulai terlihat sejak tahun 2005. Saat itu, pengembangan energi terbarukan semakin dipacu.
"Saat ini supply listrik di Denmark kurang lebihnya 43% dari energi angin," ujar dia.
Investasi di bidang energi baru terbarukan kerap dianggap mahal. Padahal sebaliknya, dia mengatakan, investasi di bidang energi baru terbarukan cenderung lebih murah.
Dari datanya, dia mengatakan, harga batu bara semakin lama akan semakin tinggi sejalan dengan jumlah pasokan. Artinya, listrik yang dihasilkan dari batu bara akan semakin mahal.
Berbeda dengan energi baru terbarukan. Dia mengatakan, pasokannya akan lebih terjaga sehingga harga listriknya lebih stabil. Hal ini membuat Denmark memutuskan untuk keluar dari ketergantungan batu bara.
"Jadi pilihannya saat itu adalah energi angin," ujar dia.
Dia juga menambahkan, saat ini, Denmark menjadi salah satu negara terdepan yang memasok energi baru terbarukan.
"Denmark menjadi cukup terdepan di-clean technology," tutup dia.
Melihat keberhasilan Denmark, bukan tidak mungkin Indonesia juga bisa lepas dari ketergantungan batu bara. (dna/dna)