Gencar Bangun Infrastruktur, Ekonomi RI Belum Terdongkrak

Gencar Bangun Infrastruktur, Ekonomi RI Belum Terdongkrak

Hendra Kusuma - detikFinance
Selasa, 27 Mar 2018 08:15 WIB
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Pembangunan infrastruktur menjadi prioritas kerja pemerintahan Kabinet Kerja di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK).

Pembangunan infrastruktur menjadi modal pemerintah untuk memeratakan pertumbuhan ekonomi yang selama ini terfokus di Jawa. Infrastruktur seperti jalan juga mengintegrasikan daerah satu dengan yang lainnya.

Namun infrastruktur yang gencar dibangun pemerintahan kabinet kerja belum mengencangkan perputaran roda ekonomi nasional yang saat ini masih tumbuh di level 5%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal itu diungkapkan peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rizal Taufikurahman saat berbincang dengan detikFinance, Selasa (27/3/2018).

"Infrastruktur itu perlu karena Indonesia ketertinggalan di Asia Tenggara. Hanya saja problemnya hanya prioritas, jadi membangun yang betul-betul mendorong pertumbuhan nilai tambah dari sektor produktif," kata Rizal.

Dia menyebutkan pembangunan infrastruktur yang dibangun pemerintah tidak langsung terfokus pada sektor produktif seperti halnya menjadi akses kemudahan bagi pelaku industri, dalam hal ini mengirimkan barang.

Bahkan pembangunan infrastruktur seperti jalan belum juga meningkatkan kinerja ekspor nasional. Dalam tiga bulan berturut-turut neraca perdagangan nasional tercatat defisit. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). Defisit terjadi sejak Desember 2017, lalu Januari 2018, dan Februari 2018 yang sebesar US$ 0,12 miliar.


"Dampak infrastruktur ini seperti itu, ekspor turun, yang terjadi kita punya produk impor, punya utang, itu ke depannya, akhirnya growth terdegradasi, pertumbuhan ekonomi terkurangi oleh daya saing sendiri," ujar dia.

Tidak hanya itu, dampak pembangunan infrastruktur jalan yang digarap pemerintah juga belum menjadi daya tarif bagi investor untuk menanamkan dananya di tanah air.

"Kalau ada aksesibilitas harusnya bergairah untuk membangun industri kisaran infrastruktur itu, nyatanya tidak begitu, cenderung investor malah menolak. Nampaknya ada missmatch tadi, tentu bisa saja pada saat di perencanaan, atau perencaannya tidak sesuai, karena di lapangan berbeda," tutur dia.

Oleh karena itu jika bisa direncanakan ulang, kata Rizal, pembangunan infrastruktur yang semestinya gencar direalisasikan pemerintah adalah yang benar-benar meningkatkan produktivitas industri.


"Misalnya ada industri yang tumbuh bagus, itu dong yang didorong infrastrukturnya, agar hilirisasinya jalan, angkutan daratnya perlu. Misalnya yang dibutuhkan kereta api untuk angkut barangnya, kenapa nggak itu," kata dia.

"Inikan nampaknya semua seragam, jalan tol, angkutan darat, angkutan penumpang. Coba bayangkan jalan tol yang dibangun sampai Surabaya dan Monokromo itu orang nggak mau masuk tol karena mahal, padahal itu angkutan barang, mending ke jalan yang lama, kan itu contoh kecil, kenapa infrastruktur itu tidak efektif, yang dibangun tidak mendekati dengan industri," tutup dia.

(ang/ang)

Hide Ads