Hal tersebut disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo dalam paparannya pada acara peluncuran buku laporan perekonomian Indonesia 2017 di Gedung BI, Jakarta, Rabu (28/3/2018). Agus bilang, mata uang Rupiah masih jauh lebih baik daripada mata uang Won (Korea Selatan), Lira (Turki) hingga Rupee (India).
"Februari 2018 kemarin, aliran modal asing masih masuk ke Indonesia US$ 300 juta. Rupiah terdepresiasi 1,29% namun lebih baik dari Filipina, Korea Selatan, India, dan Turki," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agus bilang, rupiah yang lebih baik ini didukung oleh stabilitas makro ekonomi Indonesia yang tetap terjaga. Pada tahun ini, BI memproyeksikan inflasi terjaga di angka 2,5% hingga 4,5%.
"Sementara di sektor keuangan pertumbuhan kredit perbankan akan berada di 10%-12%, dan dana pihak ketiga sebesar 9%-11%," katanya.
Namun demikian, meski stabilitas ekonomi makro masih bisa dijaga, tantangan dari luar atau global menjadi catatan penting untuk dicermati. Utamanya mengenai kebijakan moneter negara-negara maju seperti AS hingga perang dagang.
"Proteksionisme perdagangan bisa mengganggu prospek ekonomi global. Dan ini berdampak negatif ke Indonesia," ucap Agus. (eds/dna)