Nasib Pembangunan Jembatan Masa Depan di Maros Diputuskan Mei

Nasib Pembangunan Jembatan Masa Depan di Maros Diputuskan Mei

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Selasa, 17 Apr 2018 17:43 WIB
Foto: bakrie
Jakarta - Pembangunan jembatan yang menyeberangi sungai di dusun Damma, Desa Bonto Matinggi, Kecamatan Tompobulu di Sulawesi Selatan tak kunjung rampung meski sudah dua kali dianggarkan pada anggaran daerah setempat. Padahal jembatan tersebut merupakan satu-satunya infrastruktur yang diharapkan para warga di sana untuk membantu menyeberangi sungai, terutama untuk anak-anak sekolah dasar yang ingin pergi ke sekolahnya.

Direktur Jembatan Ditjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Iwan Zarkasi mengatakan nasib pembangunan jembatan tersebut akan segera ditentukan dalam waktu dekat. Dia bilang, pembangunan jembatan yang saat ini tupoksinya ada di daerah itu tengah dirundingkan apakah akan tetap dilanjutkan oleh daerah atau diambil oleh pemerintah pusat.

"Itu sebenarnya sudah ditangani juga, ada jembatan yang mau dibangun. Cuma belum selesai. Nanti kalau Pemda nggak bisa, nanti kita (Kementerian PUPR) bantu," katanya kepada detikFinance saat dihubungi, Selasa (17/4/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia bilang, saat ini pembicaraan tengah dilakukan dengan pemerintah daerah terkait kelanjutan pelaksanaan pembangunan jembatan yang tak kunjung rampung itu. Jika nanti pemerintah daerah memang menemukan kesulitan dalam pelaksanaannya dan perlu ada ikut campur pemerintah pusat, maka akan dilakukan perubahan pelaksana pembangunan.

"Sekarang belum ada keputusannya. Pertengahan Mei nanti keputusannya," katanya.


Iwan sendiri belum bisa memberikan keterangan kenapa proyek tersebut tak kunjung terealisasi lantaran pelaksanaannya ada di daerah.

"Itu saya nggak tahu. Itu tanya daerah. Itu proyek APBD," ungkapnya.

Seperti diketahui, anak-anak di Dusun Damma, Desa Bonto Matinggi, Maros, Sulsel, harus bertaruh nyawa dengan menyeberangi sungai yang deras menuju sekolahnya. Mereka tak punya pilihan lain lantaran jembatan yang diidamkan tak kunjung selesai dibangun.

Pembangunan jembatan gantung itu sendiri sudah mulai dibangun sejak tahun 2015 dengan anggaran Rp 197 juta dari APBD Provinsi Sulawesi Selatan untuk pembangunan tiang dan pembelian tali seling. Tahun 2016, kembali dianggarkan Rp 135 juta untuk alas pondasi dari dana desa.

Namun sampai saat ini jembatan gantung tersebut tak kunjung rampung. Hal ini membuat siswa yang baru saja pulang atau pergi ke sekolah harus menyeberang sungai menggunakan ban yang ditarik siswa lainnya. Itu pun hanya ada satu-satunya ban, sehingga siswa tersebut harus bolak-balik menjemput.

Saat ini, baik siswa maupun warga sangat berharap jembatan itu segera dirampungkan. Jembatan itu merupakan satu-satunya harapan mereka untuk melanjutkan kehidupan yang lebih baik. Pasalnya, tak jarang hasil pertanian dan kebun mereka tidak bisa dijual karena tak ada akses.

(eds/ang)

Hide Ads