Direktur Logistik dan Pengembangan Usaha KRAS Ogi Rulino mengatakan, ekspor baja China ke AS tidak banyak. China sendiri, kata dia, menempati urutan ketujuh pengekspor baja ke AS.
"Mungkin lebih tepatnya gini, bahwa China ekspor ke AS memang nggak banyak. Kalau nggak salah nomor 6 atau 7. Mereka (China) ekspor ke AS sekitar 5 juta ton," kata dia, di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (18/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan kondisi tersebut, dia menuturkan, kekhawatiran limpahan baja dari China imbas perang dagang ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia menjadi tidak relevan.
"Jadi kekhawatiran baja China masuk ke negara berkembang itu sebenarnya tidak relevan lagi," ujar dia.
Menurutnya, yang perlu dikhawatirkan ialah saling balas antara AS dan China. Dia menuturkan, selama ini Indonesia banyak mengekspor komoditas ke China.
Dia bilang, yang dikhawatirkan, kebijakan China tidak hanya menghadang AS namun juga negara-negara lain.
"Indonesia kan masih banyak komoditas diekspor ke China. Pada saat China lakukan tidak hanya AS, dan sekutu AS dan berlanjut ke lain, akan ada demand yang berkurang. Kalau baja kita tidak begitu khawatir," sambungnya.
Tak hanya itu, yang perlu dikhawatirkan ialah masuknya baja yang dimanipulasi menjadi baja paduan. Baja paduan merupakan baja yang belum bisa diproduksi di Indonesia.
Biasanya baja ini digunakan untuk rel dan alat berat. Baja ini terbebas dari bea masuk saat masuk ke Indonesia.
"Yang kita takutin circumvention, saat China impor baja ke Indonesia mereka pakai baja paduan, yang harusnya bayar bea masuk nggak mereka bayar," tutupnya. (ara/ara)