Susi Bidik Uni Eropa Jadi Pasar Baru Ekspor Ikan RI

Susi Bidik Uni Eropa Jadi Pasar Baru Ekspor Ikan RI

Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
Kamis, 19 Apr 2018 17:39 WIB
Foto: Fadhly F Rachman
Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat Uni Eropa sebagai tujuan ekspor produk perikanan terus mengalami peningkatan. Hal itu karena adanya peralihan tujuan negara ekspor dari yang sebelumnya ke negara seperti Amerika Serikat (AS).

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan peralihan tujuan ekspor terjadi lantaran pasar Amerika mulai banyak diisi produk perikanan dari India. Hal itu membuat para pengusaha perikanan Indonesia mulai membidik pasar baru yang belum banyak disentuh.

"Pasar AS makin jenuh, karena India juga produksinya banyak. Mesti diversifikasi pasar. Beralih ke Eropa, karena masih sedikit yang ekspor ke sana," kata Susi dalam konferensi persnya di kantor pusat KKP, Jakarta, Kamis (19/4/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Walau begitu, Susi mengatakan, untuk dapat ekspor produk perikanan ke Uni Eropa tak serta merta mudah dilakukan. Sebab, kuota ekspor ke Uni Eropa masih dibatasi dan yang memberikan persetujuan ekspor tersebut bukanlah KKP.

Susi Bilang perlu sejumlah persyaratan atau approval number yang harus dipenuhi dan dilengkapi oleh para pengusaha ekspor. Hal itu agar Uni Eropa memberikan persetujuan ekspor, sehingga produk pengusaha lokal bisa masuk ke Uni Eropa.

"KKP tidak bisa mengeluarkan izin ekspor ke Eropa. Izin ekspor ke Eropa di KKP juga tidak ada. Yang ada approval yang diberikan kepada perusahaan di Indonesia dan sudah diaudit klasifikasi approve untuk kirim ke Uni Eropa," katanya.



Pada kesempatan yang sama Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) KKP Rina mengatakan untuk bisa mendapatkan persetujuan ekspor, maka produk-produk tersebut harus dilakukan audit. Audit mencakup berbagai penilaian standar mutu produk perikanan.

"Jadi Uni Eropa punya standar, KKP buat peraturan yang sejalan, tapi perusahaan UPI (Unit Pengolahan Ikan) mesti comply ke peraturan Uni Eropa. Traceability jadi penting, bagaimana mengambil ikan, sistem higiene gimana, itu dilacak. Ada serangga saja bisa jadi permasalahan," jelasnya.

Sementara itu Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP Nilanto Perbowo mengatakan potensi untuk ekspor ke Uni Eropa cukup tinggi. Sebab, pasar tersebut belum banyak tersebut pelaku usaha.

Selain itu, saat ini pemerintah sedang melakukan pembicaraan untuk menghilangkan tarif bea masuk dengan Uni Eropa dari 24%. Namun butuh kepastian dari perundingan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) oleh Kementerian Perdagangan. Sehingga bila tarifnya 0%, maka potensinya bisa meningkat 24%.

"Itu besar sekali, seandainya impor tarif itu jadi 0%, tinggal nambah aja kaliin 24%. Di luar itu, on top dari itu semua tentu potensi produksi perikanan kita kan sangat besar, itu sedang kita upayakan supaya bisa naik maksimal. Seandainya nanti akhirnya dapat persetujuan Eropa tarif 0, itu akan menarik minat investasi masuk ke Indonesia, jadi bisa terlihat dari data tarif bea masuk itu saja sudah menunjukkan peluang," jelasnya.

Dari catatannya, Nilanto mengatakan jumlah ekspor tujuan Uni Eropa mengalami peningkatan pada kuartal pertama 2018, dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada periode yang sama.

Tercatat, Italia menjadi negara tujuan dengan peningkatan ekspor terbesar, yakni naik 55,8% pada Januari-Maret 2018, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kemudian disusul Belanda yang meningkat 39,7% di kuartal pertama 2018 ini, dibandingkan periode sebelumnya.

Sementara untuk tahun 2017 saja, nilai ekspor ke Uni Eropa telah mencapai US$ 345,3 juta. Untuk tahun ini, diperkirakan nilai ekspor ke Uni Eropa juga bakal mengalami peningkatan.

(fdl/eds)

Hide Ads