Kondisi ini tentu kabar buruk bagi dunia pasar modal. Penguatan dolar AS akan menekan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
"Umumnya saham akan mengalami penurunan saat nilai tukar Rupiah melemah. Jadi IHSG masih akan turun prediksinya," kata Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali kepada detikFinance, Senin (23/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Money Changer Sudah Jual Dolar Rp 14.000 |
Menurut Frederik saham-saham yang akan terkena imbas dari penguatan dolar AS adalah deretan saham paling likuid di LQ45. Alasannya lantaran banyak dari investor asing yang menempatkan dananya pada 45 saham unggulan itu.
"Untuk yang buruk, mostly jajaran LQ45. Lebih karena profil investornya. Institusi seperti asset manager dari luar negeri membeli saham yang masuk ke index tertentu dan LQ45 salah satu pilihanya, termasuk masih ada index lainya seperti EIDO, MSCI dan sebagainya," tuturnya.
Baca juga: Dolar AS Pagi Ini Rp 13.895 |
Sedangkan Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji menyarankan untuk menghindari saham-saham dari perusahaan yang berorientasi impor. Sebab mahalnya dolar AS akan mempengaruhi biaya yang dikeluarkan perusahaan.
"Biasanya sih emiten-emiten yang mengandalkan bahan baku impor misalnya sektor farmasi seperti PT Kimia Farma Tbk (KAEF) maupun PT Indofarma Tbk (INAF)," ujarnya. (zlf/zlf)