Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan pelemahan rupiah ini terjadi tidak dalam jangka waktu yang lama.
"Kami melihat juga bahwa pelemahan rupiah ini hanya sementara," kata Kartika dalam konferensi pers di Plaza Mandiri, Jakarta, Selasa (24/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tiko menjelaskan yang menjadi tantangan adalah barang modal dan barang impor. Dengan barang impor di tengah pelemahan kurs, maka harga yang diserap pasar semakin mahal.
Mantan Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ini menjelaskan pelemahan nilai tukar ini terjadi karena adanya perbaikan ekonomi Amerika Serikat (AS). Kemudian ekspektasi kenaikan Fed Fund Rate (FFR).
Kemudian, tekanan nilai tukar periode April - Mei ini merupakan hal yang normal. Pasalnya ada pembayaran dividen ke luar negeri.
"Ini tekanan normal, banyak pembayaran dividen keluar negeri. Jadi memang April-Mei ini neraca modal financial biasanya memang negatif. Kuartal III akan lebih soft," jelas dia.
Tiko menjelaskan posisi nilai tukar yang aman untuk perbankan adalah Rp 13.700 hingga Rp 13.900 per dolar AS.
Dia menjelaskan, dengan aturan hedging atau lindung nilai ini, kondisinya berbeda dengan krisis 2008 dan 1999 lalu.
"Nasabah kini sudah sadar memang harus melakukan lindung nilai jika banyak menggunakan dollar AS, bisa membeli produk call spread option," ujarnya.