Rekaman Percakapan Rini dan Bos PLN yang Bikin Geger

Rekaman Percakapan Rini dan Bos PLN yang Bikin Geger

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Senin, 30 Apr 2018 07:19 WIB
Rekaman Percakapan Rini dan Bos PLN yang Bikin Geger
Foto: Tim Infografis: Andhika Akbarayansyah
Jakarta - Rekaman percakapan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno dan Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basir viral. Rekaman itu menggegerkan publik, karena diduga menyangkut masalah 'bagi-bagi fee'.

Rini Soemarno pun tak diam. Dia membantah jika percakapan itu soal bagi-bagi fee. Justru, kata Rini, pembicaraan itu merupakan upaya memperkuat BUMN.

Rini juga menyebut, oknum menyebarkan rekamannya merupakan orang yang tidak senang dengan Kementerian BUMN. Lantas, apa langkah Rini? Berikut berita selengkapnya:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

[Gambas:Video 20detik]



Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno buka suara atas bocornya rekaman antara dirinya dengan Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basir yang viral belakangan ini. Menurutnya, ada pihak yang sengaja memotong percakapan tersebut.

Kemudian, oknum tersebut membuat potongan pembicaraan tersebut seolah-olah bagi-bagi fee.

"Emang ada percakapan yang dipotong sedemikian rupa sepertinya ada proyek minta fee," kata dia.

Padahal, dia mengatakan, kenyataan tidak seperti itu. Justru, Rini mengatakan, percakapan itu terkait kepentingan BUMN. Dia mengatakan, hal itu tidak ada urusan untuk kepentingan pribadi.

"Padahal sebagai direksi BUMN kita harus perjuangkan kepentingan BUMN bukan pribadi atau grup," sambungnya.

Rini menduga, hal itu dilakukan oleh oknum yang tidak senang dengan Kementerian BUMN."Ini dipotong potong, saya lihat orang ada yang kurang happy dengan kita (Kementerian BUMN)," tutupnya.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno akan menuntut oknum yang menyebarkan rekaman percakapan antara dirinya dengan Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basir. Tidak hanya atas nama Kementerian BUMN, namun juga atas nama pribadi.

"Sebentar lagi saya akan masukkan tuntutan, bukan atas nama BUMN tapi juga pribadi," kata Rini di Karanganyar Jawa Tengah, Minggu (29/4/2018).

Rini mengatakan, telah mendapat informasi terkait viralnya percakapan antara dirinya dengan Sofyan Basir. Rini mengatakan, percakapan itu sengaja dipotong-potong seolah-olah percakapan terkait bagi-bagi fee.

"Emang ada percakapan yang dipotong sedemikian rupa sepertinya ada proyek minta fee," ungkap Rini.

Padahal, dia mengatakan, justru pihaknya tengah berjuang untuk BUMN. Dia mengatakan, tidak ada kepentingan pribadi dalam obrolan tersebut.

"Padahal sebagai direksi BUMN kita harus perjuangkan kepentingan BUMN bukan pribadi atau grup," ujar dia.

"Kita perjuangkan BUMN agar punya saham dan kalkulasi, agar BUMN dapat keuntungan," sambungnya.

Wakil Ketua Komisi VI DPR Inas Nasrullah mengatakan pihaknya bakal memanggil Menteri BUMN Rini Soemarno dan Direktur Utama PLN Sofyan Basir. Pemanggilan dilakukan untuk mengklarifikasi beredarnya rekaman yang diduga pembicaraan antara Rini dan Sofyan.

"Setelah reses Komisi VI akan memanggil Dirut PLN dan Menteri BUMN untuk meminta klarifikasi rekaman tersebut," kata Inas dalam keterangan tertulis Minggu (29/4/2018).

Rekaman yang dimaksud adalah pembicaraan melalui telepon yang diduga suara Rini dan Sofyan. Melalui telepon, keduanya membicarakan pembagian fee proyek Pertamina dan PLN.

Selain itu, ada juga pembicaraan yang menyebut nama Ari. Belum ada klarifikasi dari Rini dan Sofyan, termasuk dari pejabat di BUMN tersebut.

Menurut Inas, akan sulit mendapat penjelasan terkait masalah ini dari tingkat direksi. Maka dari itu, Komisi VI memilih langsung memanggil Rini dan Sofyan untuk memberi penjelasan.

"Tidak akan ada yang berani mengeluh, karena mengeluh berarti dipecat," ucap anggota DPR dari Fraksi Partai Hanura tersebut.

Inas mencontohkan saat Rini Soemarno memecat Dirut Pertamina, Ellia Massa Manik karena alasan kelangkaan BBM jenis premium sangat tidak mendasar. Menurut dia, BBM premium langka lebih disebabkan naiknya harga minyak dunia secara signifikan yang menyebabkan naiknya harga MOPS RON 92.

"Pencopotan Massa Manik lebih disebabkan oleh like and dislike Mentri BUMN, Rini Soemarno kepada Massa Manik yang dia nilai tidak patuh dan nurut kepada kehendak menteri untuk mengubah nomenklatur direktorat di Pertamina yang tidak melibatkan jajaran direksi Pertamina serta perubahan nomenklatur tersebut tidak melalui kajian yang sebagaimana mestinya," ungkapnya.


Hide Ads