"Dalam perjalanannya pesantren ternyata tidak hanya berkutat dari satu kitab ke kitab. Pesantren bukan lagi terbatas menjadi tempat pendidikan ajaran islam saja. Namun, peran-peran ekonomi banyak dilakukan oleh pesantren dengan segala pola adaptasinya, salah satunya adalah sebagai pusat pengembangan ekonomi," kata dia dalam keterangan tertulis, Minggu (6/5/2018).
"Namun, pada kenyataannya dengan potensi yang demikian besar sampai saat ini ekonomi Islam masih belum mampu bersaing dengan sistem ekonomi konvensional. Indonesia masih tertinggal dari negara-negara lain, terutama negara tetangga Malaysia," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Soetrisno Bachir, sosialisasi langsung kepada masyarakat khususnya santri, perlu dilakukan dan dibarengi dengan edukasi mengenai pentingnya berekonomi dengan menggunakan sistem ekonomi syariah. Pasalnya tanpa hal tersebut, mustahil dapat mengubah pandangan masyarakat akan pentingnya menjalankan ekonomi berbasis Islam.
"Dalam hal ini, peranan pondok pesantren sebagai lembaga dakwah dan pendidikan Islam menjadi sangat krusial, di mana sebagian besar masyarakat muslim Indonesia masih menganggap pondok pesantren. Dengan kyainya sebagai referensi utama dalam kehidupan keberagaman maupun kemasyarakatan," jelas dia.
Diungkapkannya, dengan potensi pondok pesantren yangbesar itu, maka tidak ada salahnya strategi pengembangan ekonomi Islam bisa dimulai dari pemberdayaan pesantren dalam akselerasi pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Dalam hal kuantitas, kata dia, setidaknya jumlah pondok pesantren di Indonesia tersebar hampir disetiap penjuru Tanah Air. Sementara dari segi kualitas, kyai maupun santri pondok pesantren memiliki keunggulan dalam bidang pemahaman teori dan konsep-konsep ekonomi Islam yang mumpuni.
"Saat ini dunia pesantren membutuhkan optimalisasi pendidikan di bidang ekonomi syariah. Hal ini perlu dilakukan agar pendidikan pesantren tetap up to date dengan perkembangan zaman dan mempunyai kekuatan adaptif terhadap kebutuhan masyarakat," pungkas Soetrisno. (idr/fdl)