"Kalau kombinasi antara kenaikan harga komoditas dan depresiasi rupiah, itu bisa saya hitung itu seharusnya, itu harga pakan akan naik 10%," kata Dewan Pembina Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Sudirman saat dihubungi detikFinance, Selasa (8/5/2018).
Dengan adanya kenaikan harga jual pakan ternak, dikhawatirkan hargu jual daging ayam akan ikut menanjak seiring meningkatnya biaya produksi yang disumbang kenaikan harga pakan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kenaikan harga pakan akibat penguatan dolar AS tersebut, kata dia, akan sulit dihindari mengingat perusahaan pakan masih mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya seperti jagung dan bungkil kedelai.
"Industri pakan ternak itu komponen antara 75-80% (impor). Salah satu contoh bahan baku yang paling kena adalah bungkil kedelai, itu dari Argentina dan Brasil impor. Komoditas ini bukan hanya terdampak karena dolar yang naik tapi juga ada internasional marketnya juga naik, jadi ini sudah jatuh tertimpa tangga," kata dia.
"Bungkil kedelai itu 2 bulan lalu Rp 5.200/kg skarang lokal market Rp 7.600/kg itu naiknya Rp 2.400/kg naiknya. Padahal pemakaian bungkil kedelai di pakan itu 25% jadi, Rp 2.400 x 25% jadi Rp 600 perak. Itu baru bungkil belum depresiasi rupiah bisanpotensi naik 10%," tandas dia. (dna/dna)