Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada, Tony Prasetiantono menerangkan, rupiah memang tidak melemah sendiri. Dia mengatakan, rupiah melemah dengan mata uang negara lain.
Namun, dia mengatakan, level tersebut membuat tidak nyaman karena mirip dengan krisis tahun 1998.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, seharusnya level dolar Rp 14.000 tidak terlampaui. Sebab, hal itu bisa membuat pelaku pasar melihat kondisi sekarang mirip dengan kondisi krisis.
"Menurut saya ada aspek psikologis yang mesti dijaga. (Dolar) Rp 14 ribu psikologis level kalau bisa jangan terlampaui, karena pasar melihat bahwa ini situsi seperti 1998," ungkapnya.
Baca juga: Pagi Ini Dolar AS Sentuh Rp 14.045 |
Menurutnya, masalah rupiah ini tidak hanya bisa diselesaikan intervensi. Tony bilang, sudah saatnya Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan.
"Jadi menurut saya BI jangan berpikir bahwa 'udahlah diselesaikan intervensi'. Karena terus terang saya worry karena cadangan devisa merosot dalam jumlah signifikan. Jadi mestinya menaikkan suku bunga sudah menjadi opsi yang ditempuh," ujarnya. (dna/dna)