Plt Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengakui, Pertamina ikut merasakan imbas dari pelemahan rupiah. Namun pihaknya sudah melakukan lindung nilai (hedging) untuk mengantisipasi hal tersebut.
Dengan cara ini, perusahaan mempertahankan nilai tukar rupiah terhadap dolar tetap pada nilai awal saat transaksi dilakukan dan tidak terpengaruh dengan naik turunnya kurs rupiah terhadap dolar AS
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nicke mengatakan, Pertamina setiap tahunnya memang menyiapkan alokasi untuk melakukan hedging. Hal itu dilakukan selain untuk menjaga volatilitas kurs juga antisipas transaksi impor migas.
"(Alokasi hedging) Angkanya saya belum ada yang pasti, karena harus dihitung," tuturnya.
![]() |
Sekedar informasi sepanjang 2017 Pertamina berhasil mengantongi pendapatan sebesar US$ 42,86 miliar atau naik 17% dari 2016.
Namun perolehan laba bersih perseroan turun dari US$ 3,15 miliar di 2016 menjadi US$ 2,4 miliar di 2017 atau Rp 36,4 triliun (kurs Rp 13.500). Penurunan sebesar 23% itu tersebut lantaran belum adanya penyesuaian harga untuk BBM bersubsidi seperti Premium dan Solar.
Baca juga: BI ke BUMN: Pakai Dolar AS Sesuai Kebutuhan |
Untuk tahun ini Pertamina menganggarkan belanja belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$ 5,59 miliar. Dari angka itu 59% dialokasikan untuk hulu, 15% untuk pemasaran, 15% untuk mega proyek, 5% untuk gas, 3% untuk pengolahan dan 3% riset dan pendukung lainnya. (dna/dna)