Begini Cara Pertamina Antisipasi Penguatan Dolar AS

Begini Cara Pertamina Antisipasi Penguatan Dolar AS

Danang Sugianto - detikFinance
Jumat, 11 Mei 2018 21:48 WIB
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) cukup berdampak kepada para perusahaan yang berbasis impor, tidak terkecuali PT Pertamina (Persero). Apalagi BUMN perminyakan ini cukup besar melakukan impor minyak mentah.

Plt Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengakui, Pertamina ikut merasakan imbas dari pelemahan rupiah. Namun pihaknya sudah melakukan lindung nilai (hedging) untuk mengantisipasi hal tersebut.

Dengan cara ini, perusahaan mempertahankan nilai tukar rupiah terhadap dolar tetap pada nilai awal saat transaksi dilakukan dan tidak terpengaruh dengan naik turunnya kurs rupiah terhadap dolar AS

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita lakukan hedging, untuk menjaga itu, kita ada kebijakan untuk hedging," tuturnya di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (11/5/2018).


Nicke mengatakan, Pertamina setiap tahunnya memang menyiapkan alokasi untuk melakukan hedging. Hal itu dilakukan selain untuk menjaga volatilitas kurs juga antisipas transaksi impor migas.

"(Alokasi hedging) Angkanya saya belum ada yang pasti, karena harus dihitung," tuturnya.

Dolar AS sempat mendekati Rp 14.100Dolar AS sempat mendekati Rp 14.100 Foto: Selfie Miftahul Jannah

Sekedar informasi sepanjang 2017 Pertamina berhasil mengantongi pendapatan sebesar US$ 42,86 miliar atau naik 17% dari 2016.

Namun perolehan laba bersih perseroan turun dari US$ 3,15 miliar di 2016 menjadi US$ 2,4 miliar di 2017 atau Rp 36,4 triliun (kurs Rp 13.500). Penurunan sebesar 23% itu tersebut lantaran belum adanya penyesuaian harga untuk BBM bersubsidi seperti Premium dan Solar.


Untuk tahun ini Pertamina menganggarkan belanja belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$ 5,59 miliar. Dari angka itu 59% dialokasikan untuk hulu, 15% untuk pemasaran, 15% untuk mega proyek, 5% untuk gas, 3% untuk pengolahan dan 3% riset dan pendukung lainnya. (dna/dna)

Hide Ads