Neraca Perdagangan RI Defisit US$ 1,63 Miliar, Ini Kata Darmin

Neraca Perdagangan RI Defisit US$ 1,63 Miliar, Ini Kata Darmin

Puti Aini Yasmin - detikFinance
Selasa, 15 Mei 2018 17:44 WIB
Foto: Selfie Miftahul/detikFinance
Jakarta - Neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar US$ 1,63 miliar pada April 2018 dengan rincian ekspor US$ 14,47 miliar dan impor US$ 16,09 miliar.

Menanggapi hal ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan kenaikan impor disebabkan proyek infrastruktur. Sebab ia menilai proyek tersebut tentu membutuhkan barang modal dan bahan baku yang berasal dari luar negeri.

"Artinya, kalau proyek infrastruktur dan kemudian proyek-proyek investasi swasta lain yang non infrastruktur yang memang pertumbuhannya meningkat, itu pasti butuh barang modal dan barang baku. Jadi, kalau kamu lihat pertumbuhan barang bahan bakunya sama tingginya dengan barang konsumsi," ungkapnya di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, Selasa (15/5/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Lebih lanjut, ia mengatakan kehadiran proyek-proyek tersebut meningkatkan pembentukan modal domestik seperti bahan baku dan barang untuk menyelesaikan proyek infrastruktur dan proyek swasta.

"Iya jadi kan kelihatannya kan begini, proyek-proyek infrastruktur, di samping proyek-proyek investasi yang swasta yang lain, proyek investasi swasta yang lain itu ditunjukkan oleh meningkatkan pembentukan modal domestik," sambungnya.

Darmin menilai kenaikan tersebut tergolong positif untuk pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, hal tersebut berjalan dengan pertumbuhan investasi.

"Itu memang luar biasa kenaikannya. Tinggi sekali, tetapi dari segi perkembangan ekonomi artinya positif. Kenapa positif? Karena investasi berjalan, baik investasi swasta, maupun investasi dalam bentuk bangunan infrastruktur dan sebagainya," jelasnya.

"Itu menunjukkan hasil dari kenaikan investasi dan pembangunan infrastruktur itu. Itu tendensinya akan berlanjut," paparnya.


Lalu, Darmin menjelaskan berdasarkan data tersebut pemerintah juga mesti mendorong ekspor karena hal itu bisa berdampak terhadap neraca pembayaran.

"Nah jadi, memang yang sekarang ini berarti. Selain, mempercepat realisasi investasi dan pembangunan infrastruktur itu, yang dampaknya positif ya pemerintah harus mendorong ekspor, mengimbangi kenaikan impor itu, kalau tidak itu akan dampaknya bisa tidak terlalu baik terhadap neraca pembayaran," tutupnya. (ara/ara)

Hide Ads