"Triwulan 4, paling baru groundbreaking di beberapa titik. Tapi untuk full speednya di tahun 2020," kata Direktur Operasi II PT Adhi Karya (Persero) Tbk Pundjung Setya Brata kepada detikFinance, Jakarta, Rabu (16/5/2018).
Adhi Karya sendiri adalah bagian dari konsorsium yang terdiri dari 3 badan usaha yang menginisiasi dibangunnya proyek tersebut. Konsorsium terdiri dari Adhi Karya, Wijaya Karya, dan Jaya Konstruksi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau jaringan network terkait dengan konstruksi di antaranya adalah identifikasi underground utility. Underground utility adalah instalasi bawah tanah yang akan berbenturan dengan konstruksi. Itu harus kita data dulu semuanya," jelasnya.
Baca juga: Menanti Proyek Kereta Layang yang Terlupakan |
Untuk bagian desain meliput sejumlah pekerjaan, salah satunya pengerjaan detail topografi.
"Kemudian detail topografi survei, sehingga setelah itu kita akan melakukan finalisasi detail engineering design-nya, baru setelah itu akan terjadi konstruksinya," tambahnya.
Sebelumnya, dia memperkirakan waktu konstruksi kurang lebih 4 tahun, dengan menimbang panjang lintasan kereta yang bakal dibangun, kira-kira mencapai 26 kilometer (km).
"Kalau 26 km, 4 tahun konstruksi. Feasibility study (fs/studi kelayakan) sekitar 1 tahun. Total 5 tahun," katanya.
Ini ada video tentang "MRT Jakarta Timur-Barat Belum Tentu Dibangun 2019" (eds/eds)