Peneliti Senior Bidang Ekonomi PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Poltak Hotradero mengatakan, di tahun 2013 rupiah melemah sampai 12%. Tahun ini, melemah di kisaran 4%.
Poltak mengatakan, di tahun 2013 rupiah bergejolak sekitar 6 bulan. Seharusnya, kata dia, pelemahan yang terjadi tahun ini tak berlangsung lama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Poltak, di tahun 2013 tekanan rupiah cukup dalam. Dia menambahkan, pada tahun ini seharusnya rupiah cepat kembali pulih karena pelemahannya tak terlalu dalam.
"Volatilitas 6 bulan lamanya, itu yang terjadi 2013. Sekarang relatif rendah. Harusnya sih kalau diperbandingkan sama, harusnya nggak sampai 6 bulan," sambungnya.
Poltak melanjutkan, pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi di tahun 2013 dan 2018 dipicu oleh hal yang hampir sama. Pemicunya yakni rencana kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed).
"Jadi itu apa yang terjadi tahun 2013, tahun 2018 juga ada bahwa Amerika akan menaikan suku bunga, sama temanya kalau dulu rencana, sekarang naik," tutupnya.
Simak video terkait penyebab rupiah dan mata uang dunia melemah berikut ini:
(eds/eds)