Menurut Senior Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada, pelemahan nilai tukar rupiah akan menambah beban saham di sektor-sektor yang berorientasi pada impor.
"Saham yang akan terpengaruh sektor yang eksposure ke dolar AS nya besar. (Seperti) industri manufaktur, farmasi, konsumer," tuturnya kepada detikFinance, Senin (21/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebaliknya, penguatan dolar AS akan berdampak positif bagi saham-saham yang berorientasi ekspor. Apalagi jika pendapatannya dolar AS namun biaya operasionalnya dalam bentuk Rupiah.
Reza juga meyakini pelemahan mata uang Rupiah akan membuat pelaku pasar memilih untuk menjauh dari pasar saham untuk sementara waktu.
"Pelaku pasar akan stay away dulu dari pasar. Mereka tahan diri untuk masuk. Mereka akan tunggu di level berikutnya," tuturnya.
Reza menerangkan, pelemahan IHSG yang sudah berkepanjangan sendiri tidak lepas dari pelemahan rupiah yang juga sudah terjadi cukup dalam. Hal itu juga terlihat dari aksi jual investor asing dari awal tahun (ytd) yang sudah mencapai Rp 40 triliun.
Dengan semakin melemahnya mata uang rupiah, investor yang masih menahan portofolionya di saham berpotensi untuk melakukan aksi jual. Hal itu berpotensi kembali menurunkan IHSG.
Hari ini awalnya Reza memprediksi level support IHSG dalam rentang 5.758-5744. Namun karena pelemahan rupiah dia mengkoreksi menjadi 5.765-5.720.
Baca juga: Dolar AS Tembus Rp 14.200 |
Sebelumnya diberitakan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) siang ini pukul 14.38 WIB menembus level RP 14.200. Angka ini naik tiga poin dari posisi sebelumnya di level Rp 14.197.
Mengutip perdagangan Reuters, Senin (21/5/2018), dolar AS terus bergerak naik terhadap rupiah. Nilai tukar dolar AS terhadap rupiah naik dari level Rp 14,150, Rp 14.175, Rp 14.185 dan akhirnya menembus Rp 14.200.
Sementara mengutip data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) hari ini di level Rp 14.176.
Tonton juga video mengenai 'Penyebab Rupiah dan Mata Uang Dunia Melemah':
(dna/dna)