Banyak yang menyebutkan, jika nilai rupiah terhadap dolar AS sedang menuju titik ekuilibrium atau keseimbangan baru. Tapi benarkan rupiah sedang menuju level tersebut?
"Jadi ini semua faktor musiman saja. Setelah itu lewat nilai tukar bisa normal lagi"Ekonom Bank Permata Josua Pardede |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Josua pelemahan Rupiah terhadap dolar AS terjadi bukan karena kondisi ekonomi yang memburuk. Tapi karena adanya ekspektasi pasar yang melihat The Federal Reserve akan menaikkan bunganya dua kali lagi tahun ini, current account deficit (CAD) yang membesar, permintaan dolar yang tinggi untuk pembayaran dividen.
"Jadi ini semua faktor musiman saja. Setelah itu lewat nilai tukar bisa normal lagi. Jadi rasanya tidak akan menuju ekuilibrium baru," ujar Josua.
Baca juga: Dolar AS Sudah Rp 14.200, Masih Bisa Santai? |
Dia menjelaskan, nilai dolar AS jika semua tekanan sudah mereda bisa kembali ke posisi Rp 13.700 - Rp 13.800. Tidak terlalu jauh dari asumsi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) yang berada di kisaran Rp 13.400.
"Akhir tahun akan kembali mendekati angka asumsi APBN. Itu angka yang cukup fair untuk rupiah akhir tahun," ujarnya. (dna/dna)