Pada Periode yang sama di tahun lau, pertumbuhan ritel tercatat sebesar 2,5%. Kini hanya tumbuh 1%-1,5% Roy menjelaskan, sejumlah faktor yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan kerja peritel.
"Diantaranya adanya perubahan pola konsumsi masyarakat yang masih berlanjut hingga awal tahun 2018 serta produktivitas masyarakat menengah ke bawah yang menurun," kata dia Rabu (23/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Roy, produktivitas masyarakat rendah karena dana desa yang harusnya turun di awal tahun tapi sedang melambat. Hal ini menurutnya disebabkan oleh sejumlah daerah yang mulai fokus pada pemulihan kepada daerah atau pilkada.
Sementara untuk masyarakat menengah ke atas Roy menilai ada sentimen negatif akibat kebijakan global seperti kenaikan suku bunga The Fed. Sehingga masyarakat menengah ke atas cenderung menahan uangnya untuk dibelanjakan.
Namun menurut Roy, para pengusaha tetap optimis akan ada perbaikan di tahun ini karena hal ini tampak dari inflasi yang terkontrol dengan baik. Presepsi harga yang baik dan harga komoditi yang naik.
"Jelang hari raya idul fitri saya memprediksi kenaikan kinerja ritel pada kisaran 25%-35% pada momentum hari Lebaran, kenaikan ritel menyumbang sekitar 45% dari total pendapatan ritel sepanjang tahun," kata dia. (dna/dna)