Saat dikonfirmasi terhadap nilai penjualan tersebut, Menteri BUMN Rini Soemarno masih belum bisa memberi banyak komentar. Dia mengaku baru bisa memberi komentar ketika telah melakukan kontrak persetujuan.
"Yee kan saya bilang nanti kalau kami sudah tanda tangan head of agreement baru bisa bicara," kata Rini singkat saat ditemui di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (13/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rini menjelaskan untuk saat ini dirinya masih belum bisa banyak bicara soal upaya akuisisi saham PTFI tersebut. Sebab saat ini masih dalam tahap finalisasi kontrak.
"Belum boleh, kemarin bicara dengan Pak Budi (Budi Gunadi/Dirut Inalum) karena kami masih dalam finalisasi untuk penandatangan head of agreement," ujarnya.
Dia hanya mengatakan bahwa Proses penyelesaian akuisisi masih ditargetkan sesuai dengan rencana awal, yakni rampung pada Juni 2018.
"Insyaallah masih bisa tercapai di Juni ini," tuturnya.
Diketahui, kabar penjualan ini digaungkan setelah divestasi aset Rio Tinto tidak bisa memenuhi syarat pengembalian dan mendukung neraca keuangan juga membayar utang perusahaan.
"Ini mungkin penjualan yang masuk akal - meningkatkan sedikit modal, menyingkirkan beberapa masalah tata kelola," kata Rohan Walsh, manajer investasi di Karara Capital di Melbourne, investor di Rio Tinto, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (23/5/2018).
Pembelian hak partisipasi Rio Tinto di Inalum sebagai bagian Indonesia dalam rangka mengambil 51% saham Freeport.
Inalum menyebut di awal bulan ini bahwa divestasi Freeport dalam mengendalikan saham masih sesuai rencana di 2018, meski pun harga dan skema kontrak masih dalam pembahasan. (fdl/zlf)