Menurut Perry posisi nilai tukar tersebut lebih disebabkan oleh faktor dari luar, dalam hal ini adalah kenaikan suku bunga Bank Sentral AS yakni The Federal Reserve (The Fed) fund rate yang mendorong ekspektasi pasar terhadap imbal hasil surat utang AS.
"Ini fenomena dan dolar yang sangat kuat terhadap seluruh mata uang dunia," kata dia ditemui usai pelantikan dirinya sebegai Gubernur Bank Indonesia di komplek Mahkamah Agung (MA), Jakarta, Kamis (24/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Justru menurutnya, kondisi di dalam negeri Indonesia masih sangat baik didukung oleh data-data ekonomi yang masih cenderung positif. Sehingga menurutnya, pelemahan rupiah terhadap dolar AS tidak perlu dijadikan satu kekhawatiran.
"Ekonomi domestik baik, inflasi baik. Akhir tahun, inflasi 3,6%, cukup rendah. Inflasi inti 2,6%, rendah. Pertumbuhan ekonomi 5,06% di triwulan I. Tapi, II, III dan IV akan naik jadi 5,2% full year. Kita mau ekonomi lebih tinggi. Aspek ada yang dorong beli bisa tinggi," tandas dia. (dna/dna)