Utang luar negeri Indonesia yang saat ini jumlahnya terus bertambah disebut Sri Mulyani merupakan bagian dari upaya pemerintah dalam mencapai tujuan meningkatkan ekonomi masyarakat Indonesia.
Sri Mulyani bilang utang masih perlu ditarik pemerintah untuk menambal defisit APBN karena biaya belanja negara lebih tinggi dibanding penerimaan. Dia sendiri mengaku tak senang menjadikan utang sebagai salah satu sumber pembiayaan pemerintah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sri Mulyani menjelaskan, kekurangan penerimaan tak lantas bisa diselesaikan hanya dengan cara mencetak uang sebanyak-banyaknya. Uang beredar yang semakin banyak justru akan menimbulkan inflasi yang akhirnya akan membuat harga-harga naik dan menurunnya nilai dari mata uang rupiah.
"Jadi pemerintah itu memang terus mencoba perbaikin penerimaan dan jangan pakai utang. Dan itu betul. Tapi nggak bisa langsung banting setir gitu. Makanya kami melakukan perbaikan perpajakan. Yang kaya banget bayarnya harus banyak banget, yang agak kaya, bayarnya agak banyak, yang sedang, bayarnya sedang, yang miskin, ya nggak bayar, malah harus dikasih duit," kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani bilang, pemerintah saat ini terus berupaya untuk menurunkan rasio utang Indonesia. Di saat yang bersama, pemerintah juga terus meningkatkan jumlah penerimaan lewat reformasi perpajakan untuk memastikan bahwa semua warga negara Indonesia membayar pajak sesuai kewajibannya.
"Makanya kita sekarang cari orang-orang hebat untuk nyari duitnya ada di mana saja yang kurang itu. Sekarang kita sudah bikin perjanjian internasional, kalau ada orang Indonesia nyimpan duit di negara mana, lapor ke saya. Itu yang namanya automatic exchange of information. Sekarang sudah otomatis. Makanya kita bisa melacaknya. Itu penting sekali," tutup dia. (eds/dna)