Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan salah satu upaya yang akan ditempuh otoritas moneter ini adalah menggelar rapat dewan gubernur (RDG) bulanan tambahan.
"Dalam konteks ini memang dalam jangka pendek BI memprioritaskan kebijakan moneter untuk stabilisasi nilai tukar rupiah. Fokus kami jangka pendek kebijakan moneter stabilitas nilai tukar," kata Perry di Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (28/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami sudah jadwalkan RDG bulanan tambahan pada hari Rabu untuk merumuskan kebijakan ini. Ini bukan RDG emergency, ini RDG tambahan," tambah dia.
Alasan BI melakukan RDG bulanan tambahan karena untuk merespon cepat dinamika yang terjadi di luar negeri.
"Dinamika yang terjadi baik di luar negeri dan terjadi ekspektasi dalam negeri yang cenderung tidak rasional dan ekspektasi rupiah menjadi lebih besar, dan untuk preemptive terhadap decision meeting, itu alasan kita melakukan RDG bulanan tambahan, sekaligus langkah preemptive untuk FOMC tanggal 14 Juni yang akan datang," ungkap dia.
Baca juga: Dolar AS Sempat Naik Lagi ke Rp 14.200 |
Langkah selanjutnya, atau yang kedua adalah memperkuat, mengoptimalkan intervensi ganda (dual intervention) yang telah dilakukan sejak 2013. Ketiga, menjaga kecukupan likuiditas, dan keempat melakukan komunikasi yang intensif dengan pelaku pasar, perbankan, dunia usaha, dan ekonom untuk membentuk ekspektasi yang rasional.
"Ini menghindari perkiraan nilai tukar yang kecenderungan terlalu melemah, overshooting dari sisi fundamentalnya. Ekspektasi dibentuk karena kandungan informasi, kalau informasi terbatas, ekspektasi akan ke mana-mana," tutup dia.