Toko HP Offline Makin Sepi Pembeli, Ada Apa?

Toko HP Offline Makin Sepi Pembeli, Ada Apa?

Trio Hamdani - detikFinance
Senin, 18 Jun 2018 09:15 WIB
Toko HP Offline Makin Sepi Pembeli, Ada Apa?
Foto: Fadhly Fauzi Rachman/detikFinance
Jakarta - Penjualan handphone yang ada di toko-toko offline pada 2018 ini tampak lesu dibanding tahun-tahun sebelumnya. Salah satunya tampak pada aktivitas penjualan handphone di pusat perbelanjaan ITC Kuningan, Jakarta yang tak lagi kebanjiran pembeli.

Penjual handphone di sana mengaku omzetnya berkurang drastis akibat tahun ini penjualan lesu.

Ada beragam faktor yang diperkirakan menyebabkan penjualan handphone turun dan konsumen mulai berkurang. Bahkan momentum Lebaran tahun ini pun dianggap tak mampu mendorong penjualan handphone.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kondisi ini tentunya harus disikapi betul oleh para penjual handphone. Ada berbagai cara yang bisa mereka terapkan.

Berikut informasi selengkapnya.
Salah satu penjual handphone, Yoga menyatakan sejak awal tahun penjualan mulai lesu. Bahkan terkadang tidak ada satupun pembeli hingga toko tutup.

"Dalam sehari kadang ada yang nggak beli. Pernah sampai 3 hari berturut turut," katanya saat berbincang dengan detikFinance, Minggu (17/6/2018).

Agung yang berjualan di Jili Center juga menyampaikan kondisi tahun ini untuk penjualan handphone menurun dibanding tahun sebelumnya.

Kadang dirinya hanya menghabiskan waktu di toko tanpa melayani satu pun pembeli karena sepi pengunjung.

"Dalam sehari handphone biasanya kita bisa jual sehari satu, kalau ini bisa bisa nol. Kadang kadang bengong saja," ujarnya.

Dia mengatakan lesunya penjualan handphone merata di setiap toko maupun pusat perbelanjaan lain.

Dica yang berjualan di D Ponsel 2, ITC Kuningan menyebut omzetnya tahun ini hingga pertengahan tahun turun sekitar 40% hingga 50%.

Tahun lalu, rata-rata per bulan dia bisa mengantongi pendapatan kotor sebesar Rp 100 juta. Tapi kini, dia hanya mampu mengumpulkan di bawah Rp 50 juta.

"Tahun lalu kotornya per bulan lumayan di atas Rp 100 juta. Dalam 4 bulan ini di bawah Rp 50 juta lah. Kalau yang di atas itu paling 2 bulan saja," sebutnya.

Penjual lain, Yoga menuturkan tahun lalu dalam sebulan bisa mengumpulkan omzet hingga Rp 50 juta. Namun memasuki 2018 hingga pertengahan tahun ini, rata-rata per bulan hanya terkumpul Rp 20-30 juta.

"Omzet rata rata sebulan bisa Rp 50 juta tahun lalu. Tahun ini paling cuma Rp 20-30 juta," ujarnya.

Agung yang berjualan di Jili Center, ITC Kuningan mengaku omzetnya juga turun. Meski tak menyebutkan nominal, dia menyatakan dalam persentase turun hingga 30%.

Dica yang berjualan di D Ponsel 2, ITC Kuningan memperkirakan kondisi tersebut disebabkan libur tahun ini lebih panjang, khususnya saat Lebaran. Ini membuat orang lebih memilih membelanjakan uangnya untuk liburan ketimbang membeli handphone baru.

"Kan cuti bersama Lebaran lebih panjang. Jadi orang lebih memilih liburan daripada ganti handphone baru. Mungkin kan itu dinomor duakan," ujarnya.

Penjual lain, Yoga menuturkan, sepinya penjualan handphone sejak awal 2018 hingga pertengahan tahun merupakan siklus yang memang bakal terjadi. Namun kali ini memang penurunan lebih drastis.

Sementara itu Konsultan Marketing alias Founder and Chair MarkPlus Inc Hermawan Kartajaya menyampaikan persaingan di pasar smartphone terlalu ketat. Ini membuat konsumen bingung.

"Persaingan smartphone sendiri terlalu ketat sehingga konsumen jadi bingung tentang the real value dari masing-masing produk," katanya kepada detikFinance.

Apalagi pengembangan produk (product development) dari perangkat smartphone ini terlalu cepat. Ketimbang buru-buru beli handphone baru, konsumen lebih memilih menunggu handphone keluaran terbaru yang jauh lebih baik.

Penetrasi smartphone sendiri menurutnya juga sudah besar hingga ke level bawah. Dengan kata lain, setiap orang sudah memiliki handphone. Hal ini berpengaruh turunnya jumlah konsumen.

Konsumsi rumah tangga biasanya meningkat saat Idul Fitri, seiring masyarakat berbelanja untuk memenuhi keperluan Lebaran. Terlebih ada THR pekerja. Sayangnya kondisi ini tidak dirasakan oleh penjual handphone di pusat perbelanjaan ITC Kuningan, Jakarta.

Pantauan detikFinance, Minggu (17/6/2018) situasi di pusat perbelanjaan tersebut memang tidak ramai. Bahkan masih banyak toko yang tutup. Juga tidak banyak pengunjung yang berlalu-lalang maupun pedagang yang melayani calon pembeli.

Dica yang berjualan di D Ponsel 2, ITC Kuningan menyampaikan dua hingga tiga hari setelah Lebaran alias H+2 dan H+3 biasanya pusat-pusat penjualan handphone mulai dikunjungi banyak calon pembeli. Namun, hal itu tidak terlihat kali ini.

"Biasanya H+2, H+3, biasanya ramai, tapi ini gini gini saja. Biasanya tahun tahun lalu saya buka H+2, H+3 karena ramai biasanya, penuh, tapi sekarang sepi," kata dia saat berbincang dengan detikFinance, Minggu (17/6/2018).

Agung yang berjualan di Jili Center, ITC Kuningan juga mengatakan Lebaran tidak berpengaruh terhadap peningkatan penjualan handphone. Justru penjualan lebih ramai di hari biasa.

Namun penjual lain, Yoga mengalami kondisi berbeda. Pasca Lebaran penjualannya meningkat.

Konsultan Marketing alias Founder and Chair MarkPlus Inc Hermawan Kartajaya menyampaikan beberapa hal yang mesti dilakukan agar para penjual handphone di toko offline tak kehilangan pembeli.

Pertama, yang bisa dilakukan adalah mengintegrasikan antara toko offline dan toko online. Hal ini membuat konsumen memiliki pilihan apakah harus datang langsung ke toko atau hanya perlu lewat online.

"Ya harus pakai OMNI Marketing Strategy, mengintegrasikan online dan offline untuk menciptakan pengalaman belanja yang mulus," katanya kepada detikFinance.

Kedua, penjual juga harus benar-benar mengetahui media yang tepat dalam menarik minat calon pembeli. Pasalnya saat ini sulit mendapatkan perhatian dari konsumen agar mau membeli produk.

Ketiga, penjual harus mampu memberikan tawaran yang menarik bagi calon pembeli, serta mampu menjelaskan secara baik mengenai keunggulan produk yang dijualnya, dalam hal ini smartphone.

Keempat, penjual handphone juga harus memberi kemudahan ke calon konsumen untuk mencoba perangkat handphone yang akan dibeli.

Ditemui terpisah, Dica yang berjualan di D Ponsel 2, ITC Kuningan, Jakarta menyampaikan pihaknya memanfaatkan jual beli secara online disaat toko offline-nya sepi.

"Kalau saya gencarin di online saja yang penting duitnya muter. Kalau untuk perputaran uang (jual beli online) ngebantu, tapi dari segi benefit sih nggak," ujarnya.

Penjual lain, Yoga menerapkan strategi dengan memberi diskon dan mengedepankan menjual handphone harga murah, termasuk menjual secara online.

Hide Ads