Mendag yang siang tadi mengenakan stelan batik berwarna coklat sempat menjelaskan mengenai keberhasilan yang sudah dilakukan untuk mengendalikan harga pangan selama Ramadan dan Lebaran.
"Saya berterimakasih pada semua stakeholder satgas pangan dan pada dunia usaha telah bantu sehingga 2 tahun berturut- turut kita mampu mengendalikan inflasi dan mampu mengendalikan harga bahan pokok," kata dia di Kementerian Perdagangan, Jumat (22/6/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Enggar menjelaskan, meski di H-2 Lebaran sempat terjadi kenaikan harga daging namun hal tersebut dirasa wajar karena para pedagang daging juga ingin mendapatkan untung menjelang Hari Raya Lebaran.
"Memang di saat H-2 sedikit terjadi kenaikan harga daging yang para pedagang di pasar itu sendiri menyatakan mereka meminta pengertiannya bahwa ini saat mereka mendapatkan keuntungan lebih itu h-2 hampir rata Rp 5.000 sampai Rp 10.000 rata rata," kata dia.
Enggar juga tampak mengevaluasi beberapa kebutuhan pangan yang naik termasuk harga daging telur dan daging ayam yang sempat mahal menjelang hari Lebaran. Pihaknya sudah berupaya untuk berunding bersama beberapa pihak seperti para peternak agar menurunkan harga telur dan daging ayam agar tidak terlalu tinggi.
"Kemudian, juga daging ayam H-5 sampai H-6 itu kita lakukan operasi pasar yang dengan dilakukannya operasi pasar harga tidak melonjak lebih tinggi lagi. Ayam memang agak terjadi kekurangan pasokan itu kita harus akui yang kemudian kita minta pada integrator dan juga para peternak mandiri yang besar-besar untuk lakukan operasi dan mengeluarkan seluruh stok- nya," jelas dia.
Ia juga menjelaskan kenaikan harga daging ayam yang terjadi saat Lebaran mahal juga karena kurangnya pasokan.
"Ayam tidak mungkin ada penimbunan karena ayam itu kalau disimpan harus dikasih makan kalau ayam hidup. Jadi kalau disimpan pasti peternakannya rugi. Jadi bukan karena alasan penimbunan. Tapi secara keseluruhan bahan pokok terkendali beras juga terkendala," kata dia. (dna/dna)