"Kalau perkembangan nilai tukar year to date (ytd) dari Desember 2017 sampai sekarang ini rupiah terdepresiasi 5,72% year to date," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Kantor BI, Jakarta Pusat, Jumat (29/6/2018).
Baca juga: BI Naikkan Bunga Acuan 0,5% Jadi 5,25% |
Meski demikian, depresiasi rupiah terhadap dolar AS masih lebih baik dibandingkan pelemahan mata uang negara lainnya seperti Filipina, India, Afrika Selatan, Brasil, dan Turki.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bank Indonesia (BI) juga akan terus mewaspadai pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Nilai tukar rupiah dipastikan dijaga sesuai nilai fundamentalnya.
"BI ke depan mewaspadai keuangan global tersebut dan lakukan langkah stabilisasi ekonomi nilai tukar agar sesuai dengan fundamentalnya. Tentu sesuai dengan mekanisme pasar yang terjaga dan upaya pengembangan pasar keuangan. Langkah pre emptive front loading ahead the curve untuk memperkuat nilai tukar rupiah tersebut.
Perry menyampaikan pelemahan rupiah terhadap dolar AS belakangan ini dikarenakan oleh faktor eksternal. Pelemahan mata uang terhadap dolar AS juga dirasakan negara lain.
"Perkembangan di pasar keuangan global tadi berubah dengan cepat seperti disampaikan stance kebijakan The Fed FOMC 2018 yang lebih agresif. Respons kebijakan sentral lain yang berubah serta ketidakpastian pasar global yang meningkat," tutur Perry. (ara/ang)