Rizal Ramli Kembali Sindir Sri Mulyani Soal Utang RI

Rizal Ramli Kembali Sindir Sri Mulyani Soal Utang RI

Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
Selasa, 03 Jul 2018 15:47 WIB
Foto: Fadhly F Rachman
Jakarta - Mantan Menko Kemaritiman Rizal Ramli kembali menyindir Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Sindiran itu dilontarkan RR saat berbicara mengenai kondisi perekonomian Indonesia terkini di sebuah diskusi.

Pria yang akrab disapa RR ini mengungkapkan bahwa kondisi perekonomian Indonesia, khususnya masalah uutang sedang dalam kondisi yang kurang sehat. Namun, pemerintah selalu mengelak dengan menyatakan bahwa utang Indonesia masih aman.

Bahkan RR mengatakan, pemerintah selalu membandingkan rasio utang Indonesia lebih baik dengan negara lain seperti Amerika Serikat (AS) dan Jepang. Padahal, kata dia, perbandingan tersebut tak sesuai untuk dilakukan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mereka (pemerintah) menggunakan data yang selektif, data yang, mohon maaf, ngawur. Come on, Amerika itu satu-satunya negara yang bisa cetak uang dolar dijual di luar negeri, di beli di luar negeri," kata RR di JCC Senayan, Jakarta, Selasa (3/7/2018).

"Indonesia utang per GDP (Gross Domestik Bruto) lebih rendah dari Jepang. Come on, lihat dong di statistik Jepang, 80% utangnya itu sumbernya domestik, dari rakyat dan dari perusahaan dalam negeri, sehingga kalau ada gejolak internasional tidak terlalu terganggu," sambungnya.



Menurutnya, indikator yang seharusnya digunakan ialah dengan menghitung cicilan utang dibanding nilai ekspor. Sedangkan, kata RR, nilai ekspor kita sedang terjungkal belakangan ini.

Namun, pemerintah selalu mengklaim bahwa kebijakan yang diambil dilakukan secara prudent atau hati-hati untuk mengatasi masalah ini.

"Ini ada menteri keuangan yang selalu ngomong bolak balik, kami prudent, kami prudent. I'm sorry you're not prudent," katanya.

Selain itu, kata RR, bahwa pemerintah juga sering membangga-banggakan kondisi perekonomian Indonesia. Padahal, bila dilihat dari sisi neraca perdagangan, Indonesia mengalami defisit dalam beberapa bulan terakhir.

"Ini sebetulnya sudah setengah merah. Kami sopan saja, hati-hati untuk bilang prudent. Ini sudah setengah merah, dan ini sudah kami bilang akhir tahun lalu. Dan ini sama sekali tidak prudent, kalau ada menteri yang bilang prudent-prudent, apanya yang prudent. Kalau prudent ini angkanya positif, bukan negatif," jelasnya.

(fdl/eds)

Hide Ads