Hal tersebut terlihat dalam pelaksanaan sidang Volcano Ash Exercise Steering Group (VOLCEX/SG/5) ICAO yang dilaksanakan di Bangkok pada 21-22 Juni 2018 lalu. Dalam sidang tersebut, para delegasi negara peserta sidang nampak sangat mendukung penggunaan sistem IWISH dalam pelaksanaan latihan penanganan abu vulkanik gunung berapi.
Bahkan Volcanic Ash Advisory Centre (VAAC) Darwin Australia dan VAAC Tokyo Jepang yang selama ini menjadi pusat acuan informasi terkait penanganan abu vulkanik pada penerbangan di Asia Pasifik pun sangat tertarik untuk bekerja sama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agus melanjutkan bahwa secara lebih luas, dukungan tersebut juga merupakan pengakuan dari dunia penerbangan internasional terhadap penerbangan nasional Indonesia. Agus pun berharap sistem yang dikembangkan Indonesia ini bisa ikut meningkatkan keselamatan penerbangan internasional.
"Ini merupakan konsekuensi dan bentuk tanggung jawab dari penerbangan Indonesia yang saat ini sudah berada di level elite dunia, yaitu memberikan kontribusi positif bagi keselamatan dan keamanan penerbangan internasional," ujar Agus lagi.
Ia pun menyatakan sistem IWISH ini dikembangkan secara bersamaan sebagai platform resmi dalam kegiatan VOLCEX sekaligus media komunikasi dan koordinasi pada penanganan dampak abu vulkanik dalam kondisi riil. Penggunaan sistem ini pun akan dicoba pada VOLCEX tanggal 19-20 September mendatang. Jika berhasil, sistem ini akan digunakan untuk kondisi riil.
Selain itu, sistem IWISH juga akan dipakai dalam pelaksanaan VOLCEX 18/02 di Indonesia pada 19-20 September 2018. Pada koordinasi awal pelaksanaan latihan, sistem ini akan digunakan sebagai media sosialisasi sekaligus untuk melihat kesiapan sistem.
Secara garis besar, ungkap Agus, cara kerja sistem IWISH adalah ketika menerima informasi Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA) dengan kode alert orange/red untuk satu gunung. Maka secara otomatis sistem akan membentuk grup diskusi (CDM) dengan beberapa anggota seperti stakeholder yang telah diidentifikasi dan diklasifikasi sesuai dengan area tanggung jawabnya.
Selain itu, anggota CDM lainnya adalah adalah PVMBG (Volcano Observer), BMKG (MWO, STAMET bandar udara), AIRNAV (ATS, AD AIS, NOF), Pengelola Bandar Udara, Maskapai, Kantor Otoritas Bandar Udara (KOBU), Direktorat Navigasi Penerbangan Ditjen Hubud (DNP) dan yang berkepentingan lainnya.
Agus pun mengatakan terbentuknya grup tersebut akan memudahkan koordinasi dan pengambilan keputusan, serta mempermudah pelaksanaan dan pengawasan kegiatan di lapangan.
Sementara itu, CDM grup akan terbentuk per satu gunung yang erupsi sehingga jika ada dua gunung erupsi bersamaan bisa saja terbentuk dua grup pada satu stakeholder. CDM grup juga akan terbentuk jika VONA berada pada kategori orange dan akan otomatis bubar jika VONA dalam kategori green. Seperti diketahui, kategori VONA bertingkat dari green, yellow, orange, dan red. (mul/ega)