Ramai Bisnis Kaos Politik, Ini Kata Pakar Marketing

Ramai Bisnis Kaos Politik, Ini Kata Pakar Marketing

Rizki Ati Hulwa - detikFinance
Selasa, 10 Jul 2018 11:07 WIB
Foto: Arief Ikhsanudin/detikcom
Jakarta - Ramainya #2019GantiPresiden di media sosial membuat para pedagang kaos menjadikannya sebagai peluang bisnis. Salah satunya seperti yang terlihat beberapa kios pakaian di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Mengenai fenomena ini, pakar marketing sekaligus founder & chairman MarkPlus Inc, Hermawan Kartajaya mengungkapkan bahwa para pedagang jeli memanfaatkan momentum yang ada.

"Itu memang cukup menjadi tren saat ini. Ini memang pinter-pinter orang bikin kaos itu. Mencuri keberhasilan karena stealing the moment. Ketika orang belum berpikir tentang presiden, pilkada, tapi mereka sudah berpikir ke sana," kata Hermawan kepada detikFinance, Senin (9/7/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengakui bahwa pedagang sangat jeli melihat fenomena yang sedang ramai tersebut. Namun menurutnya momen ini tak akan lama.

"Menurut saya ini enggak akan berlanjut lama karena sebentar lagi sesudah ada kontestan sebenarnya antara Jokowi dan 'yang jelas', itu pasti pihak Jokowi akan keluar dengan tandingannya. Sekarang kan dibiarin dulu. Gerakan-gerakan saya lihat yang mengimbangi ganti presiden belum gencar karena menunggu momentum," ujarnya.



Tak hanya kaos dengan tagar 2019 ganti presiden yang beredar di pasaran, namun juga ada kaos bertagar 2019 tetap Jokowi. Mengenai hal ini, Hermawan mengatakan hal ini hanya untuk mengimbangi kaos yang beredar sebelumnya.

"Nanti kalau sudah jelas Jokowi lawan siapa, menurut saya pihak relawan Jokowi juga akan mengeluarkan yang lebih gencar. Itu hanya mengimbangi saja," tambahnya.

Menjelang pilpres 2019 ini memang marak penjualan kaos bertema politik. Hermawan mengungkapkan bisnis ini sangat menggiurkan.

Ia menyampaikan bahwa kaos tersebut tak sekedar pakaian, lebih ke emosionalnya. Orang membeli kaos hanya sekedar menunjukan identitas dirinya.

Ia juga menambahkan, bahwa belum tentu pembeli kaos tersebut juga menginginkan pergantian presiden. Hal ini hanya demi mengikuti tren saja.

"Yang betul-betul ganti presiden mungkin hanya 50% dari yang pakai kaos tersebut. Seperti sekarang saya memakai baju rock and roll, bukan berarti saya rocker. Kebanyakan hanya untuk keren saja," tutupnya.

(eds/eds)

Hide Ads