Keduanya akan membahas terkait warning perang dagang Presiden AS Donald Trump yang ditandai dengan dilakukannya evaluasi Generalized System of Preferences (GSP) atau perlakuan khusus AS yang selama ini diterima produk Indonesia yang masuk AS.
Enggar mengatakan, saat ini pihaknya sedang mempersiapkan bahan-bahan yang akan dibahas dalam pertemuan tersebut. Adapun pertemuan itu akan berlangsung pada akhir bulan Juli 2018.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di akhir Juli (pertemuannya) di sana (Amerika)," sambungnya.
Lebih lanjut, Enggar juga memaparkan salah satu alasan evaluasi GSP yang dilakukan oleh Amerika adalah adanya hambatan produk Amerika yang masuk ke Indonesia, misalnya apel.
"Mereka juga tidak mau ada barrier hambatan untuk ekspor mereka ke sini kita sudah surplus besar tetapi dihambat juga, jadi itu fair saja lah menurut saya. Karena seperti diketahui Amerika mencatat surplusnya perdagangan kita Rp 14 miliar. Dia bilang Anda (Indonesia) sudah surplus tapi menghambat juga produk dari mereka (Amerika)," ungkapnya.
Sementara itu, Enggar memaparkan, ada 3.547 produk yang sedang direview tarifnya dalam GSP tersebut. Tarif tersebut mulai dari untuk produk tekstil hingga minyak sawit.
"Mulai dari tekstil, footwear, minyak sawit dengan nabatinya kemudian mesin dan banyak sekali ada 3.547 (tarif)," pungkasnya. (dna/dna)