Direktur Eksekutif Departemen Elektronifikasi dan GPN BI Pungky P Wibowo menjelaskan dengan menggunakan GPN maka akan terjadi penghematan pada transaksi non tunai di Indonesia. Selain bisa lebih hemat, kartu yang sudah menggunakan GPN lebih aman dan bisa lebih murah karena terkoneksi dengan seluruh bank.
"Keamanannya BI kan juga mengeluarkan chip, 6 pin digit, dengan kartu standar NICCS, di situ mengurangi kemungkinan-kemungkinan adanya permasalahan, atau kejahatan perbankan, sehingga memudahkan masyarakat untuk bertransaksi," jelas Pungky di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (12/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih dari itu, Pungky mengatakan dengan adanya kartu debit berlogo GPN, maka potensi pendapatan yang masuk ke Indonesia akan lebih banyak. Sebab, kini routing dan proses data pada debit berlogo Garuda ini dilakukan di dalam negeri.
Sebelum adanya GPN, saat masyarakat melakukan transaksi menggunakan kartu dengan prinsipal asing, seperti Visa dan MasterCard, maka ada komponen atau pengeluaran dari (Merchant Discount Rate) MDR yang ditarik untuk ke pihak asing tersebut. Dengan adanya logo GPN, maka tak ada lagi komponen MDR untuk prinsipal asing.
"Sehingga bisa dibilang bahwa uang itu keluar lewat switching internasional dan infrastrukturnya ada di luar negeri. Biaya yang timbul atas transaksi ini juga nggak murah, dan tentu saja menyebabkan proses dari transaksi itu jadi lebih mahal," jelas dia.
Walau begitu, Pungky mengatakan bahwa dengan adanya GPN ini tak serta-merta menghilangkan adanya penggunaan principal asing seperti VISA atau MasterCard. Dia bilang, principal asing seperti Visa maupun MasterCard masih tetap bisa menjalankan transaksi dengan mengikuti ketentuan yang berlaku.
"Kalau mau jadi penyelenggara untuk memproses dan merutin seluruh transaksi domestik, perusahaan tersebut harus dimiliki oleh majority oleh perusahaan domestik. Tetapi Visa dan MasterCard atau principal global switching kita sangat welcome, silakan ada di Indonesia, tapi ikuti ketentuan," tuturnya. (fdl/zlf)