Mendag mengatakan, dari tiga negara yang saat ini tengah di-review kebijakan GSP-nya, Indonesia menjadi satu-satunya negara yang diundang AS untuk lakukan pembicaraan. Negara lainnya adalah Kazakhstan dan India.
"Bisa kita nyatakan ini (RI) satu-satunya negara yang menerima fasilitas GSP diajak duduk. Yang lain itu (tergantung AS) 'ini saya cabut ini saya naikin'," kata dia di Kementerian Perdagangan, Jumat (13/7/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dipanggilnya RI untuk melakukan pembicaraan dengan AS juga karena pemerintah secara intensif berkirim surat dan berkomunikasi lewat Duta Besar RI di AS.
"Kita beberapa waktu lalu sudah mengirimkan surat pada pihak AS mengenai hal ini. Kemudian pihak Kemenlu bilang dari pada melalui surat baiknya bertemu dan duduk bersama, akhirnya Minggu depan saya akan ke AS,"
Salah satu agenda yang akan dibahas Mendag di AS adalah kenaikan tarif impor besi baja dan aluminium ke AS.
Indonesia diagendakan memenuhi undangan Duta Besar United States Trade Representatives (USTR) untuk membahas review AS terhadap negara-negara penerima GSP dan Indonesia merupakan salah satunya.
"Pemerintah Indonesia akan berupaya menjaga dan mengamankan pasar komoditas ekspor Indonesia ke negara-negara tujuan ekspornya untuk mencapai target pertumbuhan ekspor 11%," papar dia.
Undangan ini merupakan hasil dari lobi secara tertulis yang dilakukan Pemerintah Indonesia. Selain itu, Mendag Enggar juga dijadwalkan bertemu Menteri Perdagangan AS serta menggalang dukungan dari industri dalam negeri AS.
Ia, kunjungan kerja ini bertujuan menjaga keseimbangan hubungan dagang antara Indonesia dengan AS, dan akan menjadi pertemuan resmi pertama Kemendag dengan mitra kerjanya di AS sejak masa pemerintahan Presiden Trump awal 2017.
"Oleh karena itu, pemerintah harus sigap bertindak jika ada indikasi pasar ekspornya akan mengalami hambatan. Kunjungan ke AS kali ini berupaya menjaga agar kepentingan ekspor Indonesia tidak terganggu karena AS adalah negara mitra dagang utama kedua setelah China," jelas dia.
Indonesia juga akan mengangkat isu defisit perdagangan AS dari Indonesia.
"Indonesia siap bermitra dengan AS untuk mengidentifikasi dan mengatasi isu defisit perdagangan karena kedua negara memiliki produk dan jasa yang tidak bersaing, tetapi saling melengkapi," papar dia. (dna/dna)