Menanggapi hal itu, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Arlinda mengatakan pihaknya akan mencari pasar lain bila AS mencoret Indonesia sebagai daftar penerima fasilitas GSP.
"Kita cari pasar lain. Jadi bisa menutup US$ 2 miliar itu (penghematan biaya dari adanya GSP)," ungkapnya di Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Rabu (18/7/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, ia menjelaskan saat ini pihaknya telah melakukan penjajakan ke Asia Selatan hingga Afrika sebagai pasar baru. Produk yang ditawarkan mulai dari kopi hingga crude palm oil (CPO).
"Kita juga mencari pasar lain yaitu adalah Afrika dan wilayah Timur Tengah, Asia Selatan ada Sri Langka, India, Bangladesh dan Amerika Latin ada Chili dan negara Rusia dan pecahannya," paparnya.
"Produk yang sudah kita ke sana, Nigeria palm oil, makanan dan minuman. Kalau Mesir kopi dan kelapa sawit. Tunisia suka tuna dan Maroko CPO dan mereka juga tertarik dengan produk PT Pindad mungkin peralatan perang bisa masuk ke pasar Maroko nantinya," pungkasnya.
Sementara itu, pihaknya sendiri akan mengupayakan agar fasilitas GSP tetap diperoleh Indonesia. Hal itu dilakukan dengan melakukan perudingan yang akan dipimpin langsung oleh Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita pada tanggal 21-27 Juli nanti. (ara/ara)