-
Lama tak terdengar kabarnya, PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) belum juga menemui titik terang. Hingga saat ini, maskapai pelat merah ini belum bisa beroperasi.
Merpati sudah tak bisa mengudara sejak tahun 2014. Sebab, ia bermasalah dalam keuangan dan terlilit utang.
Padahal, Merpati sempat berjaya di tahun 1990-an. Kala itu, Merpati memiliki ratusan pesawat. Tidak hanya hanya melayani penerbangan domestik, Merpati juga melayani penerbangan internasional. Gaji pegawainya pun dikabarkan melebihi BUMN migas terbesar di Indonesia yakni PT Pertamina (Persero).
Merpati ini berhenti operasi sejak Februari 2014 lalu. Merpati berhenti operasi karena masalah keuangan yang buruk hingga terlilit utang.
Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN Aloysius Kiik Ro mengatakan, saat ini penyelesaian masalah Merpati dalam proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
"Itu masih PKPU, jadi itu masih dalam negosiasi dengan kreditur," kata dia saat dihubungi detikFinance di Jakarta, Kamis (18/7/2018).
Aloysius mengatakan, tak ada suntikan modal dari pemerintah untuk Merpati hingga saat ini. Sementara, restukturisasi Merpati tengah diupayakan PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero).
"Saat ini nggak ada (suntikan modal), tapi melihat hasil konsep restrukturisasi itu nanti seperti apa nah itu masih konsep. Mereka harus diskusi dengan kreditur, PKPU kan semuanya standar di sana," ujarnya.
Nasib Merpati Airlines memang buruk. Pada awal 2016 saja, modal Merpati minus sampai Rp 5,3 triliun. Aloysius kala itu mengatakan, upaya mendatangkan investor dinilai mampu untuk menyelamatkan Merpati.
"Ini kan dalam rangka penyelamatan BUMN, jadi dia harus dihidupkan dengan undang investor strategis, strategic sales. Kita selesaikan di sini approve (persetujuan) dari regulator, Kemenkeu dan Kemenko," kata Aloy.
Aloy belum dapat mengungkapkan kepada investor mana Merpati akan ditawarkan. Namun hal tersebut baru bisa dilakukan setelah ada keputusan pemerintah.
"Investor ajukan proposal dulu. Investor juga ambil risiko loh. Merpati minus Rp 5,3 triliun, negatif ekuitasnya," ujarnya.
Bukan hanya perusahaan, karyawan juga tak mengalami nasib tak mujur. Karyawan Merpati sempat tak dapat gaji hampir setahun.
Pada akhir 2014, para pegawai itu sempat menggelar aksi di Kementerian BUMN. Mereka menuntut hak-haknya, termasuk gaji yang hampir setahun tak dibayarkan.
Salah satunya adalah Jumaris, pegawai Merpati yang jadi koordinator demo. Menurutnya, selama ini ia harus menyambung hidup dengan menjual aneka barang di rumahnya.
"Saya selama ini jual-jual barang di rumah saja, buat biaya anak dan biaya makan," katanya kepada detikFinance, di Kantor Kementerian BUMN, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Selasa (4/11/2014).
Rata-rata pegawai Merpati ini tidak berani mencari pekerjaan lain. Mereka takut dianggap keluar dari Merpati dan gajinya selama satu tahun terakhir dianggap hangus.
"Selama ini kan saya nggak digaji, jadi saya mengandalkan istri. Karena istri saya kerja juga. Kalau saya kerja takutnya gaji yang 12 bulan nggak dibayar," ujar salah satu pegawai Merpati Budi Wiranto.
Penyelamatan maskapai PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) terus diupayakan hingga saat ini. Maskapai pelat merah ini tengah diupayakan kembali bangkit dari mati suri. Namun patut diketahui, maskapai ini sempat mengalami masa jaya di era 1990-an.
Dari catatan detikFinance, PT Merpati Nusantara Airlines pernah dalam masa kejayaan di 1989-1992. Saat itu, Merpati memiliki sekitar 100 armada. Merpati memiliki berbagai tipe pesawat, mulai jet hingga pesawat baling-baling berukuran kecil.
Di masa keemasan itu, Merpati dipimpin oleh Direktur Utama Capt FH Sumolang. Di bawah kepemimpinan Sumolang, Merpati mulai masuk ke era pesawat jet seperti Fokker-28, Fokker-28, dan DC-9.
"Jumlah pesawat 100. Era jet itu di Sumolang. Ada Fokker 28 dan DC9," kata Dewan Penasehat Forum Pegawai Merpati (FPM) I Wayan Suarna di Jakarta, Rabu (5/2/2014).
Selain itu, kinerja Merpati diperkuat dengan sinergi bersama Garuda Indonesia. Merpati bertugas sebagai feeder Garuda Indonesia untuk melayani penerbangan hingga pelosok negeri.
Pada periode 1989-1992 kesejahteraan karyawan Merpati sangat tinggi. Bahkan tertinggi di lingkungan BUMN mengalahkan PT Pertamina (Persero).
"Saya waktu tahun 1989 gajinya Rp 150 ribu. Beberapa bulan setelah Pak Sumolang masuk, dinaikkan 3 kali lipat ke Rp 500 ribu. Pertamina pun kalah," kata Dewan Penasehat Forum Pegawai Merpati (FPM) I Wayan Suarna.
Maskapai ini juga tidak hanya jago kandang, Merpati juga melayani penerbangan internasional. BUMN ini pernah menerbangi hingga ke Amerika Serikat (AS) dan Australia. Untuk AS, Merpati sempat melayani rute Biak-Honolulu-Los Angeles.
"Merpati di masa lalu sudah pernah terbangkan ke Biak-Honolulu-Los Angeles, terus pernah ke Jeddah dan Australia," kata Direktur Utama Merpati Capt Asep Ekanugraha di rumah makan kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (10/2/2014).
Namun seiring berjalannya waktu dan ketika Garuda menghentikan kerjasama setelah Sumolong tidak lagi menjabat Dirut, kinerja keuangan Merpati semakin memburuk mulai 1993.
Direksi-direksi pun silih berganti mengisi kursi 'panas' Dirut Merpati, namun maskapai ini tidak kunjung membaik. Hingga pada puncaknya Februari 2014. Di bawah Dirut Capt Asep Ekanugraha armada Merpati tersisa 18 unit. Itupun bukan masuk katagori pesawat baru, seperti: Boeing 737-500, Boeing 737-400, Boeing 737-200, MA 60, Cassa 212, dan Twin Otter.
"Pesawat aktif ada 18 unit. Ada Boeing 737 series ada 5 unit, MA 60 ada 10 unit, Twin Otter ada 2 unit, dan Cassa ada 1 unit," kata VP Corporate Secretary Merpati Riswanto waktu itu.
Masalah tak berhenti di situ, Merpati berhenti beroperasi melayani rute-rute di tanah air dan internasional. Penghentian penerbangan Merpati karena perseroan mengalami kesulitan keuangan dan sedang menjalani program restrukturisasi. Belum lagi utang avtur ke Pertamina sudah cukup besar.
Direktur Utama PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) Henry Sihotang mengatakan, upaya menyehatkan Merpati terus dilakukan. Saat ini, total utang Merpati sudah mencapai Rp 10,7 triliun.
Sementara, asetnya hanya Rp 1,2 triliun dan ekuitasnya minus Rp 9 triliun.
"Jadi gini, kalau mengenai Merpati ini dengan permasalahan terakumulasi sudah lama sekali belasan tahun lalu. Sampai saat ini utangnya sudah besar sekali, utangnya sekarang mencapai Rp 10,7 triliun, karena sudah setop operasi 2014," kata dia kepada detikFinance di Jakarta, Kamis (18/7/2018).
Saat ini, Merpati tengah dalam proses PKPU. Sidang yang rencananya digelar pada 20 Juli 2018 ini mundur 45 hari atau kata Henry sekitar tanggal 4 September.
Sesuai ketentuan, untuk PKPU, manajemen mesti membuat proposal perdamaian dengan para kreditur, di mana manajemen memberikan jalan keluar terkait dengan penyelesaiannya tanggungjawabanya.
"Kalau melihat Merpati sendiri, nggak punya dana, permasalahan semua nggak punya apa-apa, untuk membuat proposal perdamaian dengan kreditur bagaimana menyelesaikan kewajiban dengan mereka kan sulit. Nggak mungkinlah. Kecuali ada suntikan dari pemegang saham. Tapi itu kan rasanya nggak perlu lagi suntikan, berapa kali disuntik negara gagal terus," jelasnya.
"Kita mengarahkan kepada mencari investor menjadi mitra untuk menghidupkan ini," sambungnya.
Menurut Henry, saat ini ada satu investor yang berminat untuk menanamkan modalnya di Merpati. Pihaknya terus berdiskusi dengan investor terkait dana yang akan diberikan hingga rencana bisnis yang nantinya akan dituangkan dalam proposal perdamaian.
"Kalau membuat proposal akan diajukan ke pengadilan kan, homologasi kalau kreditur sepakat yang diusulkan manajemen cara penyelesaiannya, maka bisa lah ada homologasi. Tapi kalau proposalnya kurang menarik, kalau ditolak sesuai Undang-undang, kalau PKPU ditolak kreditur demi hukum pailit," tutupnya.