Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menjelaskan, setelah booming komoditas lenyap pasca krisis moneter, kini Indonesia mendapatkan booming di sektor ekonomi digital termasum start up dan e-commerce di dalamnya.
"Ini sangat mendadak, terus terang empat tahun yang lalu inflow ke sektor ini boleh dibilang hampir nol," ujarnya dalam acara HUT ke-15 Crowe Indonesia di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (25/7/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu setara Rp 30-40 triliun per tahun. Sekarang sudah mencakup 15-20% dari total foreign direct investment kita setiap tahun," tuturnya.
Maklum saja, sekarang jumlah perusahaan start up sangat banyak di Indonesia. Mulai dari seri A, B, C, hingga level unicorn ada di Indonesia.
Saat ini sudah ada empat startup yang masuk dalam kriteria unicorn yang tentunya valuasi perusahaannya di atas US$ 1 miliar. Di antaranya Go-Jek, Bukalapak, Tokopedia dan Traveloka.
Menurut Thomas, angka unicorn milik anak Indonesia setara dengan jumlah unicorn di Uni Eropa. Sehingga dia yakin industri ekonomi digital Indonesia tidak kalah dengan negara-negara lain bahkan negara Eropa.
"Di seluruh Uni Eropa juga ada empat unicorn. Jadi di Indonesia kita punya jumlah unicorn yang sama seperti dimiliki oleh totalitas Uni Eropa," tuturnya.
"Jadi ini memperlihatkan betapa bakat kita, terutama kalangan muda untuk bergerak di dalam bidang ini. Jadi ini cocok banget untuk masyarakat kita yang ternyata sangat suka fasih atau nyaman dengan gadget. Kalangan muda yang sangat kreatif yang juga sangat teknologi," tambahnya.
Sementara untuk sektor e-commerce kata Thomas, pertumbuhannya sekitar 20-25% per tahun. Angka itu juga jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi RI yang hanya sekitar 5%.