Direktur Bisnis PLN Regional Maluku dan Papua Ahmad Rofiq menyampaikan kesulitan akses jadi tantangan tersendiri dalam membangun PLTS berkapasitas 100 kwp di Desa Enem.
"Kehidupan di sana salah satunya terisolasi, aksesibilitasnya sulit, sehingga untuk mencapai daerah sana, karena aksesnya sulit, yaitu pasti ada kesultanan bawa peralatan, kesulitan buat bawa sparepart, bahan bakar, bawa peralatan," katanya di Merauke, Papua, Selasa (24/7/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau Enem sebenarnya relatif lebih mudah dibandingkan desa desa di Papua yang lainnya. (Tantangan di Enem) ya lewat sungai. Bahkan kita ada yang bawa peralatan pakai pesawat. Mau tidak mau kita harus lakukan itu. Kalau tidak, tidak akan pernah bisa melistriki," ujarnya.
Selain itu, investasi infrastruktur kelistrikan di desa-desa pelosok jauh lebih mahal.
"Memang berat sekali melistriki seluruh pelosok negeri. Sebagai gambaran untuk listriki satu desa di Papua butuh biaya 10 kali lipat dibandingkan di kota kota tanah Jawa atau Sumatera," sebutnya.
"Di Jawa kita butuh mungkin Rp 1 juta sampai Rp 1,5 juta untuk satu rumah. Kalau di Enem itu sekarang totalnya hampir 300 rumah. 300 rumah anggaran yang kita habiskan di sana hampir Rp 5 miliaran, dibagi saja Rp 5 miliar dibagi 300 rumah," paparnya.