Jokowi Ajak Pengusaha Stabilkan Rupiah Pakai Cara Ini

Jokowi Ajak Pengusaha Stabilkan Rupiah Pakai Cara Ini

Hendra Kusuma - detikFinance
Kamis, 26 Jul 2018 21:51 WIB
Foto: Muhammad Iqbal/detikcom
Bogor - Dalam pertemuan dengan 40 pengusaha yang juga eksportir nasional, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta devisa hasil ekspor harus sepenuhnya dibawa kembali ke Indonesia dan dicairkan dalam rupiah.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan permintaan tersebut bertujuan untuk memperbaiki ekonomi nasional, mulai dari defisit transaksi berjalan hingga stabilitas nilai tukar.

"Bagaimana devisa ekspor bisa dibawa ke Indonesia, sehingga dia juga memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia," kata Sri Mulyani di Istana Bogor, Kamis (26/7/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Di tempat terpisah, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Hariyadi Sukamdani membenarkan bahwa Presiden Jokowi ingin pengusaha terlibat menguatkan ekonomi Indonesia.

"Kalau saya lihat ini diinisiasi oleh Bu Sri Mulyani (Menteri Keuangan), karena tadi untuk menutup CAD, jadi Menteri Keuangan ya istilahnya meminta ke kita untuk membawa devisa dan dicairkan, intinya itu," kata Heriyadi.

Dengan meningkatkan ekspor, maka defisit transaksi berjalan atau current account defisit (CAD) bisa dapat teratasi. Sedangkan dengan membawa hasil devisa ekspor ke Indonesia bisa menstabilkan nilai tukar rupiah. Pasalnya, permintaan rupiah di dalam negeri akan semakin tinggi.

"Jadi presiden itu intinya ingin ekspor itu meningkat dan hambatannya apa, kami memberikan masukan lalu juga Bu Menteri Keuangan itu menekankan hasil devisa itu diminta untuk semua kembali ke Indonesia dan dicairkan di Indonesia, poinnya itu," ujar dia.

"Jadi presiden mendengarkan hambatannya apa, menteri keuangan menekankan bahwa devisa kembali ke Indonesia dan dicairkan dalam rupiah," sambung dia.

Hariyadi menyebutkan, devisa hasil ekspor selama ini berdasarkan catatan pemerintah hanya 85% yang balik ke Indonesia. Sedangkan 15% masih dipertanyakan keberadaannya.


Namun, dia menjelaskan bahwa 15% devisa hasil ekspor ini biasanya digunakan untuk kewajiban kepada perbankan dalam bentuk valas, hingga modal pembelian bahan baku impor.

"Nah kalau menurut kami, itu betul masuk akal juga, kan masih ada pembayaran utang luar negeri, karena dari 100% selisih 15%, masuk akal dong. Dia kan untuk modal kerja, pembayaran mungkin utang luar negeri. Intinya pandangan kami isunya bukan bagaimana menarik devisa tapi ekspor kita itu sangat lambat naiknya, dan impornya tumbuhnya cukup tinggi," ungkap dia.

Turut hadir bos Wings Group William Katuari, bos Indofood Anthoni Salim, pemilik Medco Group Arifin Panigoro, CEO Sritex Iwan Lukminto, pemilik Grup Djarum R. Budi Hartono.

Ada juga pemilik Rajawali Group Peter Sondakh, Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir, pemilik Panasonic Gobel Indonesia yaitu Rachmat Gobel, serta Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan Roeslani. (dna/dna)

Hide Ads