Jalan Berliku Perjuangan PLN Terangi Pedalaman Papua

Jalan Berliku Perjuangan PLN Terangi Pedalaman Papua

Mustiana Lestari - detikFinance
Minggu, 05 Agu 2018 13:05 WIB
Foto: Hardi/TNI
Paniai - Bukan perkara mudah masuk ke pedalaman Papua dan Papua Barat. Apalagi harus mencari tempat terbaik untuk menempatkan pembangkit listrik di lokasi yang sesuai.

Namun perkara sulit itu coba dilalui oleh PT PLN (Persero) demi menerangi pedalaman Papua dan Papua Barat melalui program ekspedisi PLN Papua Terang.

Ada lima titik yang disinggahi sukarelawan PLN berikut mahasiswa dari 5 universitas yaitu Wamena, Jayapura, Nabire, Merauke, dan Timika.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perjalanan dengan menggunakan mobil Fortuner dan Innova ini membawa 57 orang ke sejumlah subsektor seperti Deiyai (Dogiyai), Furnusu, Kaimana, Lobo, Paniai, Nabire, Urubika dan Rurumo.

Detikcom berkesempatan mengikuti perjalanan tim ekapedisi di titik Nabire, tepatnya di subsektor Paniai yang sering bergejolak akibat kelompok separatis.

Jarak tempuh perjalanan mencapai lebih dari 6 jam membelah hutan dan melewati ragam jalan berlubang bahkan amblas yang jika sopir tak hati-hati mobil bisa terperosok ke bawah tebing.


Dikawal melekat TNI, tim subsektor Paniai sampai dengan selamat meski sebelumnya banyak beredar kabar jalur ini rawan perampokan dan pemalakan.

Tim menginap di Enarotali semalam untuk kemudian tim bergeser ke Obano di Paniai Barat. Menuju Obano, perlu boat atau orang setempat menyebutnya Johnson ke pulau tersebut. Selama satu jam, tim disuguhkan pemandangan khas pegunungan yang hijau dengan angin sejuk dan suhu yang mencapai sekitar 10 derajat celcius.

Dari Obano, tim mulai berpencar ada yang menuju Distrik Muye, Kanama, dan Obano untuk melakukan survei yang dilakukan dengan tagging, wawancara kepala desa/suku, menggambar sketsa dan lain-lain.

Jalan Berliku Perjuangan PLN Terangi Pedalaman Papua Foto: Mustiana Lestari/detikcom

Detikcom mengikuti tim Obano untuk mengidentifikasi keberadaan gardu existing yang terletak di Kampung Pugatadi 2 yang berjarak 12 km dari pusat Distrik Obano atau berbatasan dengan Kabupaten Dogiyai.

"Kita rencanakan di-grid atau disambung sistem Dogiyai yang sudah ada. Jaringan listrik direncanakan akan di-grid dari Desa Pugatadi 2," sebut Koordinator Subsektor Paniai yang juga Asmen PLN Manokwari, Sugiri kepada detikcom, Jumat (3/8/2018).

Jalan yang ditempuh tak main-main rusaknya bahkan mobil koramil sebagai sarana pengantar harus melalui sungai Wiyogei yang arusnya lumayan besar. Lumpur hitam juga sukses digilas dan beruntung cuaca cerah sehingga sopir bisa lebih leluasa mengendalikan kemudi.

"Dari sisi jalan agak cukup berat tapi kita sudah punya jaringan. Lagipula ke depannya pasti ada perbaikan karena ini jalan antarkabupaten," sambung dia lagi.


Detikcom juga mampir di desa yang sebelumnya tidak terprediksi keberadaannya. Desa Idayo yang terletak di Distrik Obano ini ternyata memiliki penduduk yang lumayan banyak namun belum memiliki penerangan.

Ada gapura dari kayu sederhana untuk masuk ke desa tersebut. Di kanan kirinya juga tampak jejeran kayu yang dibuat tinggi agar babi peliharaan mereka tidak berkeliaran.

Dari desa tersebut, tim bergeser ke desa yang terletak paling ujung di Distrik Obano, yaitu Desa Mugeya. Jalan menuju ke Desa Mugeya tidak telalu sulit namun mobil tim ekspedisi sempat terperosok lantaran jembatan kayu tak kuat menahan beban.

Jalan Berliku Perjuangan PLN Terangi Pedalaman Papua Foto: Mustiana Lestari/detikcom

Akhirnya semua penumpang harus turun dan memperbaiki jembatan itu terlebih dahulu.

Di Mugeya, warga sudah berkumpul dengan antusias. Mereka kebanyakan adalah ibu-ibu yang membawa noken berisi anak mereka. Noken itu digantung di kepala mereka dan ditutupi selembar kain agar anak di dalam noken tidak kepanasan.

Di sana tim mencatat titik koordinat dan hal-hal yang terkait data gereja, batas kampung, sekolah, puskesmas dan lain-lain

Dari laporan dari tim lain diketahui juga distrik Nakama dan Muye disebut berpotensi dibangun PLTS. Namun masalah lain bisa muncul karena diprediksi akan sulit mendapatkan lahan pembangkit.

"Kesulitan Papua itu masalah tanah. Masyarakat respons dibangun kelistrikan tapi masalah ini sulit. Contohnya di Enaro nggak itu bisa dipindahkan karena pemilik itu minta Rp 6 miliar untuk 50x50 m," tandas dia.

Selesai survei di Mugeya, tim kembali ke Enarotali. Tantangan perjalanan kembali datang karena salah satu boat sempat mogok di tengah danau dalam cuaca mendung dan gelombang yang lumayan tinggi.

Beruntung, insiden mogok itu tidak berlangsung lama karena usaha terus menerus pengemudi menyalakan mesinnya.

Tantangan demi tantangan dalam perjalanan ini membuat banyak mahasiswa yang mengikuti ekspedisi sempat kaget sekaligus takjub.

"Perjalanan hari ini di luar ekspektasi saya baru ke papua dari Jawa. mereka ramah dan mudah diajak komunikasi," kata mahasiswa UI, Grimaldi Adya Aseanda.


Hampir sama dengannya, Mentari Lidia, mahasiswa Uncen, juga merasa mendapat pengalaman berharga dari ekspedisi ini.

"Sukanya bisa lihat pemandangan yang bagus. Saya baru pertama kalike sini, dukanya gelombang waktu perjalanan itu. Saya yakin di sini sudah bisa ada listrik cuma merawatnya butuh pengertian semuanya," pesan Mentari.

PLN menyadari peran seluruh pihak untuk merealisasi program ini. Mulai dari kepala desa hingga pemerintah pusat. Rencananya dari hasil survei ini ragam pembangkit akan dibangun sekitar 400 desa.

Pada program Ekspedisi Papu Terang, para sukarelawan melakukan survei data desa, survei potensi energi baru dan terbarukan, serta survei pembangunan kelistrikan Papua. Hasil ini akan menjadi masukan bagi PLN untuk membangun listrik di wilayah Papua dan Papua Barat yang masih gelap. (idr/ega)

Hide Ads