Salah satunya datang dari eksportir nanas dan pisang, Great Giant Food (GGF). Keluhan disampaikan oleh Direktur Hubungan Pemerintah GGF Welly Soegiono.
Dia mengeluh karena selama ini eksportir Indonesia mendapat diskriminasi dari sejumlah negara tujuan ekspor. Mereka harus membayar bea masuk yang terbilang lebih tinggi dibandingkan eksportir dari negara lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, saat ini eksportir Indonesia masih kesusahan masuk ke China karena persoalan hubungan dagang.
"Nanas ke China kita nggak bisa masuk, karena belum ada perundingan pemerintah Indonesia dengan China. China ambil dari Meksiko yang jauh dari dia, kenapa dia nggak ambil yang lebih dekat, di Indonesia," ujarnya.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu pun menampung keluhan eksportir. Dia berjanji bakal menindaklanjuti apa yang menyulitkan eksportir untuk ekspor ke luar negeri.
"Untuk yang pertama saya terima kasih optimisme besar, tarif diskriminatif Indonesia dengan yang lain. Ini adalah kritik yang sangat bagus, dan saya akan sampaikan ke Menko Perekonomian, Saya akan sampaikan langsung kepada kabinet," ujarnya.
Sri Mulyani menilai seharusnya tidak ada diskriminasi yang dilakukan negara negara tujuan ekspor Indonesia. Pemerintah bisa melobi agar tak ada diskriminasi.
"Seharusnya Indonesia bisa lobi, terutama negara sesama Asean, Asia. Apalagi kalau dari sesama Asean, seharusnya nggak boleh ada diskriminasi," tambahnya. (dna/dna)