Untuk menjaga nilai tukar, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan saat ini pemerintah menyadari tahun depan atau 2019 masih banyak faktor yang menjadi tantangan pemerintah dalam menjaga stabilitas dan pergerakan nilai tukar rupiah.
Dia menjelaskan tantangan masih akan muncul dari sisi global dan domestik. "Baik dari faktor dinamika ekonomi negara maju, termasuk normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS) dan Eropa, serta perkembangan ekonomi Tiongkok," kata Jokowi dalam sidang Nota Keuangan di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (16/18/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jokowi menambahkan, saat ini juga perlu diperhatikan jika tekanan terhadap nilai tukar tak hanya terjadi pada rupiah, tetapi juga oleh banyak mata uang negara lain.
"Nilai tukar rupiah 2019 diperkirakan berada di kisaran Rp 14.400 per Dolar AS," ujarnya.
Dari bahan RAPBN 2019 ada sejumlah faktor positif yang akan menahan pelemahan nilai tukar rupiah, antara lain, fundamental ekonomi Indonesia yang kuat seperti inflasi yang terkendali, defisit fiskal yang sehat, serta peningkatan peringkat utang dan indeks kemudahan berusaha.
Selanjutnya kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah secara terukur sesuai dengan fundamental ekonomi oleh Bank Indonesia (BI) didukung dengan cadangan devisa yang cukup. Kemudian penguatan koordinasi kebijakan yang terus berlangsung dalam rangka memperbaiki stabilitas makroekonomi, termasuk koordinasi penyediaan pasokan dan kebutuhan valuta asing di antara BUMN.
Lalu masih berlangsungnya quantitative easing serta rendahnya suku bunga di Eropa dan Jepang mengimbangi potensi capital outflows lanjutan. Namun, pelemahan nilai tukar rupiah berpotensi mendorong kinerja ekspor.
Saksikan juga video ' Pelemahan Rupiah di Mata Jokowi ':
(kil/ara)