Tertariknya Kementan pada drone tersebut bermula saat Kodim 0706/Temanggung bersama dengan tim TMGAC melakukan peragaan penyemprotan hama pertanian menggunakan drone pada 24 Januari lalu.
"Saat itu kita melakukan ujicoba drone untuk menyemprot hama pertanian dalam acara panen dan tanam padi di Desa Plumbungan, Kecamatan Karangmalang, Sragen. Dari situ, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, langsung memesan 50 drone," ujar Komandan Kodim 0706/Temanggung, Letkol (Arm) Yusuf Setiaji, di kantornya, Kamis (16/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keistimewaan dari drone ini diantaranya adalah 80 persen material bahannya berasal dari lokal Temanggung. Pembuatnya pun pemuda-pemuda asli Temanggung yang tidak mempunyai pekerjaan tetap tapi memiliki keahlian khusus bidang teknologi.
Kemampuan drone yang mempunyai berat kosong 20 kilogram ini adalah menyemprot lahan tanaman padi seluas lima hektar dalam waktu satu jam.
"Sedangkan kemampuan jelajah drone yang diberi merek "Hope" (harapan) ini mampu mencapai ketinggian sekitar 100 meter," jelas Yusuf.
Pembuatan drone dimulai pada April 2017 lalu melalui serangkaian penelitian dan ujicoba beberapa kali. Awalnya, drone dibuat dalam ukuran kecil untuk penyemprotan pestisida dengan ukuran tangki tujuh liter. Kemudian dikembangkan dengan kapasitas lebih besar yakni ukuran tangki penampung cairan pestisida 15 liter.
Drone yang proses pembuatannya hanya memakan waktu selama satu bulan ini dibanderol harga Rp 150 juta hingga Rp 175 juta per unit.
Andi dari Temanggung Aeromodeling Club (TMGAC) menjelaskan material yang digunakan untuk membuat drone, hampir semuanya produk lokal yang mudah didapat di Temanggung dan sekitar.
"Bahan yang masih harus mengimpor dari luar negeri hanya flight remote controller saja, " jelas Andi.
Drone dengan empat baling-baling ini juga dilengkapi teknologi tinggi. Yakni, sonar yang bisa mengukur ketinggian dari tanah dan pohon, penggunaan teknologi global positioning system/GPS (sistem pemosisi global), serta dilengkapi auto pilot.
"Penggunaan drone bisa menghemat waktu dibandingkan penyemprotan secara manual dengan tenaga manusia. Biasanya, lahan sawah satu hektar akan selesai disemprot secara manual dalam 2-3 hari, sedangkan dengan drone bisa menyemprot 4-5 hektar hanya dalam satu jam," urainya.
Pembuatan drone ini sendiri bermula dari keprihatinan generasi muda yang jarang mau bercocok tanam di sawah. Kondisi tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh Kodim 0706/Temanggung yang menggandeng sekelompok anak muda dengan hobi aeromodeling dan tergabung dalam Temanggung Aeromodeling Club (TMGAC) untuk mengembangkan teknologi bagi dunia pertanian.
"Drone ini dibuat untuk memacu kembali semangat anak muda agar mau ke sawah. Seolah-olah bekerja sambil bermain," terangnya. (hns/hns)