Namun siapa sangka, cikal bakal lahirnya brand Polo berawal dari kisah sukses dari seorang anak imigran Yahudi miskin bernama Ralph Lipshitz. Ralph menghabiskan masa remajanya di Bronx bersama orang tuanya. Kemiskinan yang membelenggu dirinya kala itu ia coba tutupi dengan bepergian ke bioskop dan berimajinasi hidup seperti di dalam film.
Kini, siapa yang menyangka pria berusia 78 tahun ini sukses menjadi salah seorang terkaya di dunia dan masuk dalam daftar Forbes Billionaires 2108. Harta kekayaannya mencapai US$ 7 miliar atau sekitar Rp 104 triliun (kurs Rp 14.500).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Insipirasi pun muncul ketika Ralph mendatangi pertandingan olahraga polo hingga membuat dirinya berencana untuk membuat usaha, yakni mengembangkan merek pakaian kelas atas.
"Kami dihadapkan pada hal yang luar biasa. Perak, kulit, kuda, rambut pirang tinggi dengan topi besar, dan masyarakat kelas atas yang nggak pernah terpikiran oleh kita," kata salah satu teman Polo, Warren Helstein dikutip dari Insider, Kamis (29/8/2018).
Lantas, hanya dengan berbekal ijazah diploma dan sedikit pengalaman kelas bisnis, ia memutuskan untuk memulai perusahaannya sendiri. Ia mengakui hal tersebut sebagai risiko dalam perjalanan kariernya.
Rancangan desain yang ditawarkan Ralph kala itu benar-benar berbeda. Padahal keputusan membuat kerah berwarna-warni tersebut terasa melawan arus kala itu.
Berkat desain tersebut, dalam jangka waktu setahun, Raplh berhasil meraup banyak pelanggan hingga mampu mendapatkan US$ 500.000 dari penjualannya. Kunci sukses lainnya, Ralph juga tidak berhenti mengembangkan sayap bisnisnya.
"Ralph tidak pernah duduk tenang dalam setiap menitnya (dalam mengembangkan usaha). Anda mungkin bisa menikmati momen, tetapi Anda harus membiarkan waktu itu berlalu dan tidak bisa mengulangnya," kata anak didik Ralph, John Varvatos.
Ketika datang ide baru, Ralph tetap membuat desain secara sederhana. Pasalnya ia merancang pakaian seperti yang ia kenakan dan cocok untuk bintang film besar.
"Apa yang Anda pikir ketika Cary Grant kenakan Anda mungkin berpikir tidak bisa membelinya," jelas Ralph kepada Charlie Rose pada tahun 1993.
Kemudian, pada tahun 1997 Ralph melakukan penawaran perdana saham ke publik atau initial public offering (IPO) perusahaan. Namun, ia sebagai CEO masih memegang kendali dengan kepemilikan saham sebesar 81,5%.
Kini, ia pun mampu menikmati masa tuanya dengan kenyaman di rumah-rumahnya yang terletak di Jamaika, Long Island, Bedford, dan Manhattan. Ia juga mempunyai peternakan di Colorado seluas 17.000 acre.
(ang/ang)