Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah melakukan kajian, bahwa bahan bakar B20 sedikit lebih boros dibandingkan bahan bakar solar biasa. Boros di sini dalam arti, kendaraan butuh B20 lebih banyak dibandingkan menggunakan solar biasa untuk mendapatkan tenaga yang sama.
"Dia perlu bahan bakarnya lebih banyak 1-3% untuk menghasilkan tenaga yang sama. Tapi itu tidak signifikan," kata Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Ditjen ILMATE Putu Juli Ardika saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Kamis (30/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kandung energinya memang biodiesel ini BBM nabati dari CPO untuk FAME (fatty acid methyl eter) yang dicampur itu memang lebih rendah sedikit, 1% sampai 3%," lanjutnya.
Meski lebih boros sedikit, dia memastikan kandungan B20 ramah terhadap mesin kendaraan, sesuai hasil kajian Asosiasi Kendaraan Bermotor Jepang (Japan Automobile Manufacturers Association/Jama).
"Bahwa properti kimia di B20 itu cukup bagus, sebagaimana juga Jama Jepang merekomendasikan bahwa tidak akan berpengaruh buruk terhadap mesin," tambahnya.
Dia juga menyebutkan, mesin kendaraan akan lebih bagus ketika menggunakan B20. Hal itu berdasarkan kajian yang sudah dilakukan.
"Kalau yang itu justru biodiesel kalau kita lihat properties-nya namanya terhadap engine justru lebih bagus" kata dia.
"Kan dikaji di Jepang sehingga Asosiasi Kendaraan Bermotor Jepang, Jama merekomendasikan bahwa B20 masih bisa dipakai. Jadi ada satu statement dari Jama terkait dengan penggunaan B20, acceptable (bisa diterima)," lanjutnya.
Secara lebih spesifik dia mengatakan, B20 lebih bagus untuk mesin kendaraan karena kandungan octan B20 jauh lebih tinggi dibandingkan yang berbahan bakar fosil, ditambah beberapa kelebihan lainnya.
"Octan (B20) itu lebih tinggi daripada fosil diesel, kedua dia tidak mengandung sulfur, tidak mengandung residu logam berat," tambahnya. (zlf/zlf)