Rupiah sendiri sudah tertekan sebanyak 1.563 poin terhitung sejak awal tahun hingga saat ini (year to date).
Mengutip data perdagangan Reuters, Jumat (31/8/2018), dolar AS bergerak dari Rp 13.281 hingga Rp 14.844 sepanjang tahun ini. Dengan demikian rupiah sudah tertekan 11,7% terhadap dolar AS hingga saat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita intensifkan atau kita tingkatkan intensitas kita untuk melakukan intervensi. Khususnya dalam dua hari ini kita meningkatkan volume intervensi di pasar valas," kata Perry di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat (31/8/2018).
Selain itu, BI juga menyerap Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder yang dilepas asing. Sejak pagi hingga jam 11.00 WIB tadi, BI membeli SBN hingga Rp 3 triliun.
Dolar AS yang menembus hingga Rp 14.844 diyakini dipengaruhi oleh sentimen global lewat aksi Argentina yang menaikkan suku bunga hingga 60%. Naiknya suku bunga di Argentina hingga 60% dianggap Darmin membuat pasar terkejut.
"Agak surprise juga Argentina karena dia itu kan sudah dapat bantuan IMF sebetulnya US$ 50 miliar. Orang anggap dia mestinya akan survive akan selamat dengan itu tapi ternyata gerakan capital outflow masih sekarat," ujarnya.
"Jadi itu (suku bunganya) sudah tingkat yang luar biasa besarnya sehingga biasanya kalau sudah gitu, biasanya pasar jittery (terkejut) ya, kan dia 'wah ini nggak beres kalau sudah begini," tambahnya.
Mata uang negara lain juga mengalami tekanan dari dolar AS saat ini. Di antaranya Japanese Yen (YEN), Swiss Franc (CHF), China Yuan Renminbi (CNY) hingga Rusia Ruble (RUB).
Saksikan juga video 'Penyebab Rupiah dan Mata Uang Dunia Melemah':
(eds/dna)