Wakil Menteri Luar Negeri Venezuela untuk wilayah Asia, Timur Tengah dan Oceania, Ruben Dario Molina pun datang ke Indonesia untuk menerima dukungan terutama dari organisasi-organisasi sosial di Indonesia.
Di sela-sela kunjungannya, dia blak-blakan soal kondisi ekonomi yang terjadi di negaranya. Menurutnya awal mula krisis ekonomi yang terjadi ketika pemerintahan Presiden Nicolas Maduro menerapkan sistem ekonomi dengan prinsip sosialisme.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"2 juta rumah itu bisa menampung sekitar 10 juta rakyat Venezuela. Pembangunan itu juga berimbas pada meningkatnya kesehatan dan pendidikan, mereka hidup layak. Tapi tentu Amerika Serikat dan Uni Eropa tidak senang dengan hal itu," tuturnya di Hotel Gran Melia, Jakarta, Minggu (2/9/2018).
Menurut Ruben ada sebuah blok ekonomi yang merupakan negara Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa yang menyerang Venezuela. Mereka menurutnya tak suka jika rakyat Venezuela mendapatkan akses terhadap kekayaan negaranya sendiri.
Sementara salah satu penyebab terjadinya hyper inflasi di Venezuela adalah kelangkaan ketersediaan mata uang bolivar di beberapa wilayah. Menurutnya ada pihak yang sengaja membawa banyak mata uang bolivar di wilayah perbatasan.
"Di perbatasan harganya lebih tinggi. Kalau hanya beredar di perbatasan, bagaimana di wilayah tengah ini, mau belanja kekurangan uang. Itu yang sebenarnya kita alami. Kelangkaan uang membuat kami sulit untuk membeli kebutuhan dasar," ungkapnya.
Kelangkaan uang tunai itu mendorong inflasi hingga titik yang mengejutkan. Sebab ternyata hanya sedikit dari masyarakat Venezuela yang memiliki kartu debit ataupun kartu kredit untuk transaksi.
"Makanya mereka menyerang Venezuela dari hal yang paling dasar. Sekarang kami dalam perang ekonomi," tambahnya.
Saksikan juga video 'Tak Tahan Krisis, Mereka Tinggalkan Venezuela':