Agustus Diperkirakan Inflasi 0,06-0,2%

Agustus Diperkirakan Inflasi 0,06-0,2%

Ardan Adhi Chandra - detikFinance
Senin, 03 Sep 2018 10:45 WIB
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Besaran inflasi pada Agustus diperkirakan sekitar 0,06% month on month (mom) atau 3,32% year on year (yoy). Inflasi kecil pada bulan lalu didominasi oleh inflasi inti.

Sementara inflasi volatile food diperkirakan mengalami deflasi seiring tren penurunan sebagian besar komoditas pangan sepanjang bulan lalu. Sementara itu, inflasi inti yang diperkirakan sekitar 2,84% yoy dipengaruhi oleh faktor musiman yakni kenaikan biaya pendidikan memasuki tahun ajaran baru sekolah.

"Meskipun dampak pelemahan nilai tukar rupiah belum mendorong kenaikan inflasi inti secara signifikan, pemerintah dan BI perlu mengelola stabilitas nilai tukar sedemikian sehingga dapat menjaga ekspektasi inflasi dalam jangka pendek ini. Inflasi pada akhir tahun ini diperkirakan terkendali di kisaran 3,5 yoy," kata Ekonom PermataBank Josua Pardede, Jakarta, Senin (3/9/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, Ekonom Indef Bhima Yushistira memperkirakan inflasi berada di kisaran 0,15-0,2% (mtm). Hal yang perlu diwaspadai dari volatile food secara konsisten dari awal tahun terus naik.

"Inflasi kalendernya sudah 4,6% sampai Juli. Padahal tahun 2017 hanya 0,71% full year," kata Bhima.



Ia menambahkan, volatile food dipengaruhi pelemahan kurs rupiah (imported inflation). Penyesuaian biaya impor bahan makanan juga akan berdampak ke harga jual telur, daging ayam, dan daging sapi yang diprediksi masih jadi penyumbang inflasi makanan. Sementara harga beras relatif lebih stabil karena pemerintah terus meningkatkan impor.

"Dari administered price harga BBM non subsidi dan subsidi masih terjaga. Penyesuaian karena mahalnya harga minyak lebih terasa ke harga tiket pesawat belum ke moda transport lainnya," ujar Bhima.

Sedangkan inflasi kalender administered price secara umum relatif kecil sampai bulan Juli hanya 1,33% jauh dibawah inflasi umum 2,18%.

Imported inflation bulan Agustus dikatakannya mulai terasa meskipun kecil. Sementara yang harus diwaspadai bulan September dan seterusnya.

"Saat ini inflasi tidak terlalu tinggi karena stok barang masih stok lama 3-4 bulan yang lalu. Pedagang masih bisa turunkan marjin keuntungan agar harga jual stabil," kata Bhima.

"Bulan September ke depan stok barang impor baru menggunakan rupiah di atas Rp 14.400. Di situlah peran imported inflation semakin dominan," tambah Bhima.

(ara/eds)

Hide Ads