Dibutuhkan upaya atau kebijakan baru untuk menahan tekanan terhadap nilai tukar ini. Sebelumnya mantan Menteri Keuangan era SBY Chatib Basri sempat menyampaikan jika pemerintah harus menyesuaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Namun Menteri ESDM Ignatius Jonan menyampaikan jika pemerintah tidak akan menaikkan harga BBM bersubsidi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau harga BBM subsidi tidak naik, impor minyak akan memukul Rupiah, karena setiap impor kan kita butuh membeli dolar AS," kata Bhima saat dihubungi detikFinance, Rabu (5/9/2018).
Dia menjelaskan, saat ini Indonesia merupakan negara net importir minyak dengan setiap hari mencapai 800.000 barel. Impor ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan BBM di dalam negeri.
Sementara itu, lifting minyak terus anjlok, pada 2019 targetnya 750 ribu barel per hari diturunkan sebanyak 50 ribu barel. Lebih rendah dibanding asumsi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2018.
Impor migas yang membengkak,maka current account deficit (CAD) nya akan makin melebar mendekati 3% batas aman.
"Jika harga BBM jenis subsidi disesuaikan, khawatir imbas ke daya beli masyarakat dan tidak populis. Sebelumnya kan sudah janji sampai 2019 tidak ada kenaikan harga BBM subsidi," ujar dia.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan buka suara merespons wacana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) demi menahan laju pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Selama ini Indonesia masih mengimpor BBM yang harganya dibanderol dalam dolar AS.
Menurut Jonan nilai impor minyak memang meningkat, namun secara volume tidak banyak perubahan. Dia mengatakan, meningkatnya nilai impor karena dipengaruhi lonjakan harga minyak dunia.
Jonan menerangkan, untuk solar misalnya kenaikannya hanya berdampak kecil pada konsumsi. Sebab, tidak semua orang memakai solar.
"Saya melihatnya konsumsinya mungkin berkurang tapi tidak akan banyak. Kan sepeda motor nggak ada pakai solar," ujarnya.
Begitu juga dengan harga Premium, Jonan mengatakan kenaikannya juga sedikit pengaruhnya pada konsumsi atau permintaan BBM.
"Memang ada pertanyaan kalau harga Premium dinaikkan permintaan berkurang, saya kira berkurang tapi nggak akan banyak, karena untuk kebutuhan sehari-hari bukan senang-senang," terangnya.
Baca juga: 9 Jurus RI Agar Rupiah Tak Lagi Loyo |